KEPRIBADIAN
TIMUR
Pertanyaan-pertanyaan
yang meliputi timbulnya kepribadian timur sering muncul untuk mengartikan
apakah sebenarnya kepribadian timur tersebut, pertanyaan yang sering muncul
adalah sebagai berikut :
Timur dan Barat lebih berbentuk
persaingan, konflik dan perang, daripada saling mengerti, bersahabat dan
kerjasama.
Barat: Kapitalisme, teknologi, imperialisme
Timur: Kelebihan penduduk, kemiskinan, keterikatan pada masa lampau.
Pada kedua belah pihak ada
prasangka, ketidaktahuan dan salah informasi.
Apakah yang menjadi nilai khas
(psikologi) Timur, bila dibandingkan dengan Barat?
Apakah ada perbedaan dasar antara
pandangan hidup Timur dan Barat?
Apakah perbedaan-perbedaan ini
terletak dalam pebedaan penekanan pada kemungkinan-kemungkinan manusia yang
sama?
Apa yang dapat dipelajari oleh
orang-orang Timur dari orang Barat, dan sebaliknya?
Unsur universal suatu
kebudayaan (psikologi) yang manakah yang
dapat memperkaya kemanusiaan?
Ada tiga nilai penting
yang mendasari semua nilai psikologi di Barat: martabat manusia,
kebebasan, dan teknologi.
Manusia adalah ukuran bagi
segalanya.
Utopia: negeri yang bebas.
Petualangan teknik:
Penemuan-penemuan mesin Barat yang mengagumkan, tetapi sekaligus juga
membingungkan.
Kepribadian antara
bangsa barat dan timur sangatlah berbeda, masing-masing memiliki budaya yang
unik dan beragam . Budaya merupakan identitas dan ciri khas suatu bangsa,
Bangsa timur meliputi seluruh daratan Asia, Bahasa merupakan unsure budaya yang
pertama, karena digunakan sebagai alat komunikasi untuk dapat berhubungan
dengan orang lain. Ada dua jenis bahasa di timur yaitu :
1.
Bahasa Halus
Biasanya digunakan
untuk berbicara secara formal dan sopan , ditujukan pada orang yang lebih tua
atau pada orang yang status sosialnya lebih tinggi.
2.
Bahasa Kasar
Digunakan utuk
berbicara sehari-hari yang sifatnya lebih santai, biasanya digunkan unyuk
berbicara pada teman sebaya.
Bangsa
timur memiliki adat istiadat yang unik , mereka percaya terhadap hal- hal yang
bersifat mistik, ghaib, dan bersifat supranatural. Contohnya :
1.
Di Indonesia, tepatnya di pulau Bali, ada
satu upacara yang dikenal dengan “NGABEN”
, yaitu upacara pembakaran mayat yang dianggap merupakan upacara yang
membawa kebaikan.
2.
Di Korea juga terdapat tradisi yang disebut
“ Trading On The Bridge” yaitu jalan- jalan santai melewati jembatan dibawah
sinar bulan purnama pada malam purnama tahun baru, menurut kepercayaan mereka
akan menjadikan kaki menjadi kuat.
Lucky Rice
Scoop, menggantungkan sendok dibawah jendela agar diberikan beras yang melimpah
oleh dewa
Bangsa Timur
sebagian besar adalah Negara yang belum berkembang, tapi ada beberapa yang sudah maju dalam perekonomian dan politiknya
yaitu : Jepang, Hongkong, Korea Selatan, Taiwan dan Singapura.Negara tersebut
meniru system bangsa barat , dan ternyata hasilnya mengalami kemajuan yang
pesat sehingga disebut “ Macan Asia “.
Bangsa Timur memiliki kekerabatan yang erat,
mereka mengutamakan kebersamaan , terutama daerah pelosok seperti pedesaan,
pekerjaan dilakukan dengan bergotong royong, berbeda dengan di kota yang sudah
terpengaruh oleh budaya barat yang Individualis, sehingga kekerabatan tidak
terlalu erat namun tetap ada.
Makanan
khas bangsa timur sangat beragam , namun secara keseluruhan cenderung pada yang
bersifat vegetarian, makanan utamanya adalah nasi, dengan kelengkapan sayuran ,
beberapa contoh makanan khas bangsa timur :
1.
Indonesia , daerah pasundan mereka tidak
akan puas makan bila belum makan dengan lalapan ( seperti ketimun, selada,
terong dan lain- lain )
2.
Korea, Kimchi adalah sejenis sayuran yang
rendah kalori yang harus ada pada tiap sesi makan
3.
India, Samosa yaitu kentang rebus dan
sayuran dengan bumbu kari
Minuman juga beragam dan khas pada tiap
bangsa timur, di China ada bir, jepang Arak sedangkan di Korea disebut soju.
Sistem
pernikahan masyarakat timur menganut system partrilineal, pria memegang peranan
penting dalam rumah tangga dan diwajibkan untuk bekerja. Secara umum masyarakat
di timur bersifat ramah, bertoleransi , tenggang rasa religious dan kritis .
Bangsa timur lebih identik dengan benua Asia. Sedangkan bangsa barat lebih identik dengan benua
Eropa dan benua Amerika. Kepribadian bangsa timur sangat dikenal. Bahkan
dikagumi di seluruh dunia.
Kepribadian
bangsa timur dapat diartikan suatu sikap yang dimiliki oleh suatu negara yang
menentukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan. Kepribadian bangsa timur
pada umumnya merupakan kepribadian yang mempunyai sifat toleransi yang tinggi.
Kepribadian bangsa timur, kita tinggal di Indonesia termasuk kedalam bangsa timur,
dikenal sebagai bangsa yang berkepribadian baik. Didunia bangsa timur dikenal
sebagai bangsa yang ramah dan bersahabat.
Manusia
merupakan mahluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri. Manusia membutuhkan
manusia lainnya untuk dapat berinteraksi dan bertahan hidup. Hal tersebut
benar-benar dianut oleh masyarakat bangsa timur terutama bangsa Indonesia. Rasa kebersamaan yang kuat bisa dibilang
sebagai kepribadian bangsa.
Segala
sesuatu yang terdapat didalam masyarakat ditentukan adanya oleh kebudayaan yang
dimiliki masyarakat itu. Di Indonesia banyak sekali kebudayaan dan kepribadian
yang ada, karena seperti yang kita tahu bahwa Indonesia memiliki banyak sekali
suku sehingga dengan sudah sangat pasti kebudayaannya pun berbeda.
Sistem
ideologi yang biasanya meliputi etika, norma, adat istiadat peraturan hukum
yang berfungsi sebagai pengarahan dan pengikat perilaku manusia atau masyarakat
agar sesuai dengan kepribadian bangsa yang sopan, santun, ramah dan tidak
melakukan hal-hal yang dapat mencoreng kepribadian bangsa.
Sistem
sosial meliputi hubungan dan kegiatan sosial dalam masyarakat. Sistem teknologi
meliputi segala perhatian serta penggunaannya, sesuai dengan nilai budaya yang
berlaku. Pada saat unsur-unsur masing-masing kebudayaan saling menyusup. Proses
migrasi besar-besaran, dahulu kala mempermudah berlangsungnya akulturasi
tersebut.
Pada
dasarnya masyarakat daerah timur dengan contoh Indonesia sangat terbuka dan
toleran terhadap bangsa lain, tetapi selama masih sesuai dengan norma, etika,
serta adat istiadat yang ada di Indonesia.
Pada
umumnya unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima adalah unsur
kebudayaan, kebendaan seperti peralatana yang terutama sangat mudah dipakai dan
dirasakan sangat bermanfaat bagi masyarakat yang menerimanya. Contohnya :
handphone, komputer, dll.
Namun
adapula unsur-unsur kebudayaan asing yang sulit diterima adalah misalnya :
1.
Unsur-unsur yang menyangkut sistem
kepercayaan seperti ideologi, falsafah hidup, dan lain-lain.
2.
Unsur-unsur yang dipelajari pada taraf pertama
proses sosialisasi. Contoh yang paling mudah adalah : soal makanan pokok suatu
masyarakat.
3.
Pada umumnya generasi muda dianggap sebagai
individu-individu yang cepat menerima unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk
melalui proses akulturasi. Sebaliknya generasi tua, dianggap sebagai
orang-orang kolot yang sukar menerima unsur baru.
4.
Suatu masyarkat yang terkena proses
akulturasi, selalu ada kelompok-kelompok individu yang sukar sekali atau bahkan
tak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi.
Berbagai faktor yang mempengaruhi diterima
atau tidaknya suatu unsur kebudayaan baru diantaranya :
1.
Terbatasnya masyarakat memiliki hubungan
atau kontak dengan kebudayaan dan dengan orang-orang yang berasal dari luar
masyarakat tersebut.
2.
Jika pandanagn hidup dan nilai yang dominan
dalam suatu kebudayaan ditentukan oleh nilai-nilai agama.
3.
Corak struktur sosial suatu masyarakat
turut menentukan proses penerimaan kebudayaan baru. Misalnya, sistem otoriter
akan sukar menerima unsur kebudayaan baru.
4.
Suatu unsur kebudayaan diterima jika
sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan bagi
diterimanya unsur kebudyaan yang baru tersebut.
5.
Apabila unsur yang baru itu memiliki skala
kegiatan yang terbatas.
SINTESIS PSIKOLOGI BARAT DAN TIMUR
Sikap terhadap alam
Barat: Penguasaan alam
Timur: Cinta orang Timur begitu mendalam
terhadap alam. Perasaan ini berakar dalam kepercayaan religius dan filsafatnya
(Buddhisme, Taoisme, Sufisme). Semua itu merupakan suatu orkestrasi terpadu
dari dua nada dasar: kesatuan dengan alam dan harmoni dengan alam.
Ideal hidup
Ideal Barat: Rencana Allah di dunia. Manusia
merupakan aktor aktif pembentuk sejarah.
Ideal Timur: Suatu hidup yang nilai
tertingginya datang dari dalam: mau menerima keadaan sekarang, mengumpul
pengalaman, mengintegrasikan diri, menjadi suatu yang bernilai, manusia yang
membutuhkan ketenangan dan waktu demi kesempurnaannya.
Timur adalah Timur, Barat adalah
Barat, dan keduanya tidak akan pernah bertemu” (Kipling)
atau
“Timur adalah Timur, Barat adalah
Barat, tetapi sesungguhnya keduanya cepat sekali datang bertemu” (Gardner Murphy, Asia Psychology)
Bagaimana Psikologi Timur dan
Barat bisa saling melengkapi?
Psikologi Timur: Menjadikan kearifan sebagai sains.
Psikologi Barat: Membawa sains kepada kearifan.
Barat dan Timur bisa merupakan
dua aliran nilai yang berbeda.
Barat: Menunjukkan dinamisme ke luar. Ia lebih menyerang dan merombak.
Nilai-nilainya yang menonjol: Martabat manusia, akal budi, kebebasan, aksi,
organisasi, ilmu pengetahuan, teknik, kekayaan, dan kesejahteraan
Timur: Lebih ke dalam: Ia lebih menerima dan menahan. Nilai-nilai yang
muncul: Kebaikan hati, tidak suka turut campur, melupakan diri, turut
merasakan, menarik diri, moderat, sabar, pasrah, damai batin
Barat dan Timur: Dua nilai mengenai
aksi/nonaksi, pengakuan diri/pengingkaran diri, dan mengatakan bahwa perbedaan
pandangan antara Barat dan Timur yang menyangkut dua polaritas fundamental
mengakibatkan perbedaan-perbedaan lainnya serta mengarahkan masyarakat ke jalan
yang berlawanan
Timur: Lebih ke dalam: Ia lebih menerima dan menahan. Nilai-nilai yang
muncul: Kebaikan hati, tidak suka turut campur, melupakan diri, turut
merasakan, menarik diri, moderat, sabar, pasrah, damai batin
Barat dan Timur: Dua nilai mengenai aksi/nonaksi, pengakuan diri/pengingkaran diri, dan
mengatakan bahwa perbedaan pandangan antara Barat dan Timur yang menyangkut dua
polaritas fundamental mengakibatkan perbedaan-perbedaan lainnya serta
mengarahkan masyarakat ke jalan yang berlawanan.
Perasaan orang Timur tentang
kesatuan dengan alam dapat mengingatkan orang Barat untuk tidak menguras alam
secara membabi buta.
Ideal Timur tentang pengembangan
diri bisa menjadi “obat penawar” kehidupan Barat yang serba mekanis dalam
masyarakat teknologi.
Timur dapat belajar dari Barat
tentang kebebasan, demokrasi, kesadaran sosial, ilmu dan tekniknya
Teori
Kepribadian Antara Timur dan Barat
Komparasi Antara Teori Al-Ghazali Dan Erich Fromm
1.Struktur kepribadian
Ghazali (Gh): Tiga struktur yaitu nafsu (impuls primitif) ,
akal (realistik rasionalistik) dan kalbu (spiritual). Fromm (Fr): Lima struktur
kebutuhan jiwa yaitu relasi, transendensi, keberakaran, identitas, dan orientasi.
Pada prinsipnya Al-Ghazali dan Fromm memandang manusia pada
hakekatnya baik. Perbedaan terletak pada pendekatan dalam merumuskan kriteria
baik itu sendiri.
2.Landa santeoritis
Gh: Konsep teosentris berdasarkan Al-Qur’an dan Sunah
melalui metode tasawuf
Fh: Konsep yang antroposentris dengan penekanan pada faktor kebudayaan dan perubahan sosial. Fromm mengedepankan aspek.{comments on} kemanusiaan, sedangkan Al-Ghazali disamping aspek kemanusiaan juga peran Tuhan
Fh: Konsep yang antroposentris dengan penekanan pada faktor kebudayaan dan perubahan sosial. Fromm mengedepankan aspek.{comments on} kemanusiaan, sedangkan Al-Ghazali disamping aspek kemanusiaan juga peran Tuhan
3.Tujuan
Gh: Membentuk individu yang memiliki konsistensi iman, islam, ibadah dan mu’amalah untuk mendapat ridla Allah
Gh: Membentuk individu yang memiliki konsistensi iman, islam, ibadah dan mu’amalah untuk mendapat ridla Allah
Fr: Menciptakan komunitas
masyarakat sehat, Fromm berorientasi humanistik sosial, sedangkan Al-Ghazali humanistik
spiritual
4.Hereditas
Gh: Faktor keturunan sebagai salah satu penentu kepribadian
Fr: Faktor keturunan sebagai salah satu penentu kepribadian
Berpandangan sama mengenai peranan faktor hereditas
Gh: Faktor keturunan sebagai salah satu penentu kepribadian
Fr: Faktor keturunan sebagai salah satu penentu kepribadian
Berpandangan sama mengenai peranan faktor hereditas
5.Keunikan
Gh:Konsep kepribadian Muthmainnah
Gh:Konsep kepribadian Muthmainnah
Fr: Konsep kepribadian yang antroposentris,
humanis,dansosialis Kalbu sebagai struktur tertinggi yang mampu mengendalikan
semua sistem kepribadian
6. Lingkunganpsikologis
Gh:Keluarga dan interaksisosial
Fr:Kebudayaan dan perubahan sosial Sama-sama memandang adanya
pengaruh lingkungan terhadap kepribadian.
7.Kompleksitasmekanisme
Gh: Mekanisme sistem kalbu, akal, dan nafsu
Fr: mekanisme sistem kebutuhan jiwa Fromm menekankan aspek kebutuhan
psikologis, al-Ghazali mengedepankan komponen psikis
8. Kepribadian ideal
Gh: Kepribadian Muthmainah yang mengantarkan manusia pada
eksistensi sebenarnya sebagai hamba Allah
Fr: Kepribadian yang memiliki orientasi produktif yang mampu
memenuhi kebutuhan jiwanya
Perbedaan yang menonjol adalah pada ada tidaknya aspek spiritualitas dalam kepribadian
Perbedaan yang menonjol adalah pada ada tidaknya aspek spiritualitas dalam kepribadian
Relevansi Penerapannya dalam Pendidikan
Pendidikan
merupakan salah satu upaya pembentukan kepribadian. Konsep kepribadian model
Erich Fromm dan Al-Ghazali memiliki pengaruh yang besar terhadap pendidikan.
Pandangan Al-Ghazali tentang pendidikan lebih cenderung pada pendidikan moral
dengan pembinaan budi pekerti dan penanaman sifat-sifat keutamaan pada anak
didik. Adapun pendidikan dalam pandangan Fromm cenderung kepada pendidikan
pembentukan karakter pribadi yang produktif pada anak. Konsep pendikan mereka
ini erat sekali hubungannya dengan tujuna pendidikan.
Sebagaimana yang kita ketahui,
terdapat banyak teori kepribadian di lingkungan peradaban Barat, begitu pula
terdapat banyak psikologi Timur. Kendati terdapat perbedaan-perbedaan besar
dalam hal kepercayaaan dan pandangan tentang dunia di antara agama-agama yang
mengandung psikologi-psikologi Timur, namun dalam hal ini juga terdapat
persamaan diatara keduanya, yakni semuanya berusaha menggambarkan kodrat
pengalaman langsung sang pribadi. Dalam hal ini, segala sistemnya berkisar pada
teknik-teknik meditasi yang memungkinkan orang semata-mata meneliti arus
kesadarannya sendiri, dengan memberinya sejenis jendela yang netral atas aliran
pengalamannya. Oleh karean itu, pada akhirnya semua psikologi Timur mengakui
bahwa jalan utama ke arah transformasi diri ini adalah meditasi.
Dalam Buddhisme yang sampai saat ini
merupakan agama terbesar di dunia, dimana prinsip-prinsip psikologis ini telah
dikemukakan oleh pendirinya yakni Buddha Gautama (536-438 SM). Dalam
2500 tahun semenjak ia hidup, wawasan-wawasan psikologis dasarnya telah
dikembangkan menjadi sistem-sistem teori dan praktik yang berbeda-beda oleh
masing-masing cabang penganut Buddha. Diantara berbagai aliran yang ada dewasa
ini, yang paling berpengaruh adalah penganut-penganut Theravada di
negara-negara Asia Tenggara, Aliran Ch’an di cina (ditindas sejak komunis berkuasa),
Zen di Korea dan Jepang, dan sekte-sekte di Tibet. Sementara itu, dua
orang paling terkenal yang berhasil mengkodifikasikan prinsip-prinsip
psikologis dalam aliran-aliran yoga Hindu adalah Patanjali (Prabhavanda
dan Isherwood, 1969) serta Shankara (Prabhavanda dan Isherwood, 1970). Dalam dunia Islam, para Sufi telah bertindak sebagai para psikolog terapan
(Shah, 1961). Diantara orang-orang Yahudi, para Kabbalis merupakan
kelompok yang paling memperhatikan transformasi psikologis (Halevi, 1976;
Scholem, 1961). Suatu survei yang sangat baik tentang agama-agama, sejarah, dan
kepercayaan-kepercayaan terdapat dalam The Religions of Man karya Huston
Smith (1958).
Salah satu diantara psikologi-psikologi ini yang
paling sistematik dan yang tersusun secara paling rinci adalah Buddhisme
Klasik. Diberi nama menurut hari Buddha yang dalam bahasa Pali disebut Abhidhamma
(atau Abhidharma dalam bahasa Sansekerta), berarti “ajaran pokok”.
Psikologi ini menguraikan wawasan asli dari Buddha Gautama tentang kodrat
manusia. (Kamus terbaik yang ada tentang istilah-istilah Abhidhamma
adalah karya Nyanatiloka; 1972). Karena psikologi itu berasal dari
ajaran-ajaran pokok Buddha, maka Abhdhamma atau suatu psikologi yang
sangat serupa dengan itu, merupakan inti dari berbagai cabang Buddhisme.
B. Pengaruh Psikologi Timur Pada
Pemikiran Barat
Walaupun
psikologi-psikologi Timur banyak menaruh perhatian pada alam kesadaran dan
hukum-hukum yang mengatur perubahannya, psikologi ini juga mengandung
teori-teori kepribadian yang cukup jelas. Tujuan dari psikologi-psikologi Timur
adalah mengubah kesadaran seseorang agar mampu melampaui batas-batas yang
diciptakan oleh kebiasaan-kebiasaan yang membentuk kepribadian orang itu. Dalam
hal ini, setiap tipe kepribadian perlu mengatasi hambatan-hambatan yang berbeda
untuk membebaskan diri dari batas-batas ini.
Disamping itu, pendekatan psikologi-psikologi Asia didasarkan pada introspeksi
dan pemeriksaan diri sendiri yang menuntut banyak energi, berbeda dengan
psikologi-psikologi Barat yang lebih bersandar pada observasi tingkah laku.
Setiap kutipan oleh Gardner dan Louis Murphy (1968) dari
kitab-kitab suci Asia, memberikan semacam wawasan psikologis, baik suatu
pandangan tentang bagaimana jiwa bekerja, suatu teori kepribadian, ataupun
suatu model motivasi. Kendati mengakui adanya perbedaan-perbedaan diantara
psikologi-psikologi Asia tersebut, namun Gardner dan Louis Murphy
(1968) menyimpulkan bahwa psikologi-psikologi itu pada hakikatnya merupakan
suatu reaksi terhadap kehidupan yang dilihat sebagai penuh dengan penderitaan
dan kekecewaan. Cara umum untuk mengatasi penderitaan yang dianjurkan oleh
psikologi-psikologi ini adalah disiplin dan kontrol diri, yang dapat memberikan
kepada orang yang mengupayakannya “suatu perasaan ekstase yang tak terbatas dan
hanya dapat ditemukan dalam diri yang bebas dari pamrih-pamrih pribadi”. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa, minat psikologis di Timur dan Barat
“berpadu dengan sangat cepat”.
Selain itu, Alan Watts dalam ”Psychotherapy East and West” (1961)
mengakui bahwa apa yang disebutnya “cara-cara pembebasan Timur” adalah mirip
dengan psikoterapi Barat, yakni bahwa keduanya bertujuan mengubah
perasaan-perasaan orang terhadap dirinya sendiri serta hubungannya dengan
orang-orang lain dan dunia alam. Sebagian besar terpai-terapi Barat menangani
orang-orang yang mengalami gangguan; sedangkan disiplin-disiplin Timur
menangani orang-orang yang normal dan memilih penyesuaian sosial yang baik.
Meskipun demikian, Watts melihat bahwa tujuan dari cara-cara pembebasan
itu cocok dengan tujuan terapeutik sejumlah teoritikus, khususnya individuasi
dari Jung, aktualisasi diri dari Maslow, otonomi fungsional dari Allport, dan
diri yang kreatif dari Adler.
Setelah itu, Richard Alpert atau yang lebih dikenal dengan Ram Dass pun
berpendapat bahwa meditasi dan latihan-latihan rohani lainnya dapat
menghasilkan jenis perubahan kepribadian terapeutik yang tidak dapat dihasilkan
oleh obat-obat bius. Ia juga menekankan pada pentingnya pertumbuhan
rohani, dan kekosongan hidup jika dijalani tanpa kesadaran rohani.
II. Pembahasan
Abhidhamma telah berkembang di India selama 15 abad
yang lalu, yang merupakan wawasan-wawasan dari Buddha Gautama. Budhisme
sendiri berkembang menjadi beberapa aliran, diantaranya ialah Mahayana dan
Hinayana. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Bhiku Nyanaponika,
seorang sarjana Buddhisme modern, ”Dalam ajaran Buddhisme, pikiran merupakan
titik tolak, titik pusat dan juga merupakan pemikiran yang dibebaskan dan
dimurnikan oleh seorang Santo, suatu titik kulminasi” (1962, hlm. 12).
A. Unsur-Unsur Kepribadian
Dalam Abhidhamma, kata ”kepribadian” sangat serupa
dengan konsep atta, atau diri (self) menurut konsep Barat. Bedanya,
menurut asumsi dasar Abhidhamma tidak ada diri yang bersifat
kekal atau abadi, benar-benar kekal, yang ada hanyalah sekumpulan proses
impersonal yang timbul dan menghilang. Yang tampak sebagai kepribadian
terbentuk dari perpaduan antara proses-proses impersonal ini. Dalam hal ini,
apa yang kelihatan sebagai ”diri” tidak lain adalah bagian jumlah keseluruhan
dari bagian-bagian tubuh, yakni pikiran, penginderaan, hawa nafsu, dan
sebagainya. Satu-satunya benang yang bersinambungan atau bersambung-menyambung
dalam jiwa adalah bhava, yakni kesinambungan kesadaran dari waktu ke
waktu.
Setiap momen yang berturut-turut dalam kesadaran manusia, dibentuk oleh momen
sebelumnya, dan pada gilirannya akan menentukan momen-momen yang berikutnya,
sehingga semua proses kejiwaan manusia itu berkesinambungan. Menurut Abhidhamma,
kepribadian manusia sama seperti sungai yang memiliki bentuk yang tetap,
seolah-olah satu identitas, walaupun tidak setetes air pun tidak berubah
seperti pada momen sebelumnya. Dala pandangan ini, ”tidak ada aktor yang mampu
terlepas dari aksi, tidak ada orang yang mengamati mampu terlepas dari persepsi
dan tidak ada subjek sadar di balik kesadaran” (Van Aung, 1972, hlm. 7). Dalam kata-kata
Buddha (Samyutta-Nikaya, 1972, 135):
Sama seperti bila bagian-bagian
dirangkaikan
Maka timbullah kata kereta
perang”,
Demikian juga pengertian tentang
ada
Bila agregat-agregatnya hadir
Yang menjadi fokus studi psikologi Abbidhamma adalah serangkaian
peristiwa, yakni hubungan yang terus menerus antara keadaan-keadaan jiwa dan
objek-objek indera, misalnya perasaan birahi (keadaan jiwa) pada seorang wanita
cantik (objek indera). Keadaan-keadaan jiwa itu selalu berubah dari momen ke
momen, dan perubahan itu ternyata sangat cepat. Selain itu, yang
menjadi objek psikologi Abhidhamma adalah:
1.
Penginderaan dari panca indera
2.
Pikiran-pikiran yang dianggap sebagai indera keenam
3.
Setiap keadaan jiwa terdiri atas sekumpulan sifat-sifat jiwa, yang disebut
faktor-faktor jiwa. Sifat-sifat jiwa ini misalnya cinta, benci, adil, bengis,
sosial, dan sebagainya.
Dalam hal ini, faktor-faktor jiwa
itu berperan sebagai:
Kunci menuju karma (menurut istilah Barat), kamma (menurut
istilah Pali). Sedangkan dalam Abhidhamma, kamma merupakana suatu
istilah teknis untuk prinsip bahwa setiap perbuatan dimotivasikan oleh
keadaan-keadaan jiwa yang melatarbelakanginya.
Menurut psikologi Timur, suatu tingkah laku pada hakikatnya secara moral adalah
netral.
Sifat moral tingklah laku ditinjau dari motif-motif yang melatarbelakangi
seseorang untuk melakukan perbuatan itu.
Perbuatan seseorang memiliki campuran faktor-faktor jiwa negatif.
Dhammapada adalah kumpulan sajak yang dahulu diucapkan oleh Budha
Gautama, mulai dengan pernyataan ajaran Abhidhamma tentang karma atau kamma:
Segala sesuatu yang terdapat pada kita merupakan akibat dari apa yang telah
kita pikirkan: berdasarkan pikiran kita, dibentuk oleh pikiran kita. Apabila
seseorang berbicara atau bertindak dengan pikiran jahat, maka perasaan sakit
akan mengikutinya, sama seperti roda yang mengikuti kaki lembu yang menghela
gerobak......Apabila seseorang berbicara atau bertindak dengan pikiran yang
murni, maka kebahagiaan akan mengikutinya, sama seperti bayang-bayang yang
tidak pernah meninggalkannya (Babbitt, 1965, hlm. 3).
B. Macam-Macam Faktor Jiwa
Mengenai
faktor-faktor jiwa dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yakni:
1.
Kusula : berarti murni, baik, sehat.
2.
Akusula : berarti tidak murni, tidak baik, tidak sehat
Kebanyakan
faktor jiwa perseptual, kognitif, dan afektif cocok untuk dimasukkan ke dalam
kategori sehat atau tidak sehat. Penilaian tentang ”sehat” atau ”tidak sehat”
dicapai secara empiris, berdasarkan pengalaman kolektif sejumlah besar petapa
Bbuddhis pertama. Kriterium mengenai faktor jiwa sehat-tidak sehat adalah bahwa
apakah suatu faktor jiwa khusus tertentu mempermudah atau mengganggu usaha
mereka untuk mengheningkan jiwa dalam samadi (pertapaan). Dalam hal ini, faktor
jiwa yang menganggu samadi disebut faktor jiwa tidak sehat. Sedangkan yang
mempermudah jalannya untuk mengheningkan jiwa disebut faktor jiwa sehat.
Selain
faktor-faktor jiwa sehat dan tidak sehat, terdapat juga tujuh sifat netral yang
ada dalam setiap keadaan jiwa, yakni:
Phasa
: appersepsi, adalah kesadaran semata-mata ke suatu objek
Sanna
: persepsi, adalah pengenalan pertama bahwa kesadaran semata-mata pada
suatu objek yang tersebut termasuk dalam salah satu indera. Misalnya:
penglihatan, pendengaran, dan sebagainya
Cetana :
kemauan, yakni reaksi terkondisi yang menyertai suatu objek
Vedana :
perasaan, aneka penginderaan yang dibangkitkan oleh objek itu
Ekaggata : keterarahan kepada
suatu titik, yakni pemusatan kesadaran
Manasikara : perhatian spontan, yakni pengarahan
perhatian yang tidak disengaja karena daya tarik dari suatu objek
Jivitindriya : energi psikis, yang memberi
vitalitas dan mempersatukan keenam faktor jiwa lainnya. (Hall, p. 241).
Faktor-faktor
tersebut diatas merupakan sejenis kerangka dasar kesadaran tempat tertanamnya
faktor-faktor jiwa sehat dan tidak sehat. Namun kombinasi khusus faktor-faktor
tersebut berbeda-beda dari momen ke momen.
C. Dinamika Kepribadian
Dinamika kepribadian adalah gerak kepribadian yang
terjelma dalam tingkah laku, baik yang nampak maupun tidak nampak dan terjadi
karena interaksi antara faktor-faktor jiwa sehat dan tidak sehat. Jika terjadi
dominasi dari faktor-faktor sehat atau tidak sehat tertentu, akan menghasilkan
tipe-tipe kepribadian atau tingkah laku tertentu pada individu yang
bersangkutan.
Beberapa contoh interaksi berbagai faktor jiwa dan bagaimana prilaku yang
terjadi, atau menyebabkan sifat-sifat tingkah laku tertentu adalah sebagai
berikut:
o
Kelompok faktor tidak sehat yang terdiri dari ketamakan, kekikiran, irihati,
dan kemuakan dilawan oleh faktor-faktor ketidakterikatan (alobha), adosa
(ketidakmuakan), tatramajjhata (tidak memihak), dan passadhi
(sikap tenang), maka akan mencerminkan ketenangan fisik dan jiwa yang terjadi
karena berkurangnya perasaan keterikatan.
o
Sikap-sikap alobha, adosa, tatramjjhata, dan passadhi
menggantikan sikap rakus atau sebaliknya, sikap menolak, dengan sikap penuh
perhatian terhadap apa saja yang mungkin timbul dalam kesadaran seseorang, yang
menyebabkan timbulnya sikap menerima apa adanya.
o
Faktor-faktor sikap egois, irihati, kemuakan, menyebabkan orang haus atau
mendambakan pekerjaan yang terpandang, tinggi dan mewah, atau irihati terhadap
orang lain yang mempunyai pekerjaan.
o
Sebaliknya, sikap-sikap tenang, bebas, ketidakmuakan, netral, menyebabkan orang
mempertimbangkan keuntungan-keuntungan berupa upah dan prestasi dengan
keinginan-keinginan seperti tekanan dan ketegangan yang lebih besar serta
menilai secara adil. Sedangkan sikap netral memandang seluruh situasi dengan
tenang.
o
Jika faktor-faktor kegembiraan (ahuta), luwes/fleksibel (muduta),
dan kecakapan (paqunata) muncul pada prilaku, maka seseorang akan
berpikir dan bertindak dengan leluasa dan mudah, mewujudkan
ketrampilan-ketrampilannya secara maksimal.
o
Faktor tersebut menekan faktor-faktor kontraksi dan kebekuan yang tidak sehat
itu, yang menguasai jiwa dalam keadan-keadaan tertentu seperti depresi. Dalam
kehidupan sehari-hari, faktor sehat tersebut menyebabkan orang dapat
menyesuaikan diri secara fisik dan psikis terhadap keadaan-keadaan yang
senantiasa berubah serta dapat menghadapi tantangan-tantangan manapun yang
mungkin timbul.
D. Psikodinamika Kepribadian
Psikodinamika kepribadian dapat terjadi karena
interaksi antar faktor-faktor jiwa dengan mekanisme sebagai berikut:
o
Faktor-faktor jiwa yang sehat dan tidak sehat saling menghambat
o
Tetapi tidak selalu terdapat hubungan satu lawan satu antara sepasang
faktor-faktor sehat dan tidak sehat.
o
Kehadiran yang satu menekan faktor tandingannya.
o
Dalam beberapa hal satu faktor sehat akan menghambat sekumpulan faktor tidak
sehat, misalnya, ketidakterikatan mampu secara sendirian menghambat ketamakan,
kekikiran, irihati dan kemuakan.
o
Faktor-faktor kunci tertentu juga mampu menghambat sekumpulan faktor tandingan
secara keseluruhan, misalnya jika terjadi delusi, maka tidak satupun faktor
baik dapat timbul dan hadir secara bersamaan.
o
Karma seseoranglah sebagai penentu, apakah ia akan mengalami keadaan jiwa sehat
atau keadaan jiwa tidak sehat.
o
Suatu kombinasi faktor merupakan hasil dari pengaruh-pengaruh biologis dan
pengaruh-pengaruh situasi disamping juga merupakan pindahan pengaruh dari
keadaan jiwa sebelumnya. Faktor-faktor tersebut biasanya timbul sebagai suatu
kelompok, baik positif maupun negatif.
o
Dalam setiap keadaan jiwa tertentu, faktor yang membentuk keadaan jiwa tersebut
muncul dengan kekuatan-kekuatan yang berbeda.
o
Faktor apa saja yang paling kuat, akan menentukan bagaimana seseorang mengalami
dan bertindak dalam suatu momen tertentu
o
Meskipun mungkin semua faktor buruk hadir, namun keadaan yang dialami akan
sangat berbeda, tergantung pada apakah misalnya ketamakan atau kebekuan yang
mendominasi jiwa.
o
Hierarki kebutuhan dari faktor-faktor tersebut menentukan apakah keadaan
spesifik itu akan menjadi positif atau negatif.
o
Jika faktor tertentu atau sekumpulan faktor seringkali muncul dalam keadaan
jiwa seseorang, maka faktor tersebut akan menjadi sifat kepribadian.
o
Jumlah keseluruhan faktor-faktor jiwa yang sudah menjadi kebiasaan pada
seseorang, menentukan sifat-sifat kepribadiannya.
o
Daftar sifat-sifat kepribadian menurut faktor-faktor jiwa sehat dan tidak
sehat, sebagai berikut:
Faktor jiwa yang sehat
|
Faktor jiwa yang tidak sehat
|
a. Perseptual (kognitif)
1. Pemahaman (insight)
2. Sikap penuh perhatian
3. Sikap rendah hati
4. Sikap penuh hati-hati
5. Kepercayaan
b. Afektif
1. Ketenangan
2. Ketidakterikatan
3. Ketidakmuakan
4. Kenetralan
5. Kegembiraan
6. Fleksibilitas
7. Kemampuan adaptasi
8. Kecakapan
9. Kejujuran
|
Delusi
Pandangan yang salah
Sikap tidak tahu malu
Kecerobohan
Egoisme
Keresahan
Ketamakan
Kemuakan
Irihati
Kekikiran
Kekhawatiran
Pengerutan (kontraksi)
Kebekuan
Kebingungan
|
E. Tipe-Tipe Kepribadian
Mengenai bagaimana timbulnya beberapa tipe kepribadian
menurut ajaran abhidhamma, adalah sebagai berikut:
o
Bahwa tipe-tipe kepribadian menurut Abhidhamma, secara langsung diturunkan dari
prinsip bahwa faktor-faktor jiwa muncul dalam kekuatan yang berbeda-beda. Jika jiwa
seseorang tetap dikuasai oleh suatu faktor, maka hal ini akan mempengaruhi
kepribadian, motif-motif dan tingkah lakunya.
o
Keunikan pola faktor-faktor jiwa setiap orang menimbulkan perbedaan individual
dalam kepribadian melampaui kategori-katergori kasartipe-tipe pokok
kepribadian.
o
Motif pada manusia berasal dari analisis mengenai faktor-faktor jiwa dan
pengaruh faktor-faktor tersebut pada tingkah laku. Motif itu menentukan keadaan
jiwa seseorang untuk mencari sesuatu atau menjauhinya. Hal ini disebabkan
karena keadaan-keadaan jiwa tersebut membimbing kepada perbuatannya. Misalnya,
jiwa manusia dikuasai oleh ketamakan, hal ini akan menjadi menonjol, dan orang
akan bertingkah laku sesuai motif tadi, yakni berusaha memperoleh objek ketamakannya.
Jika egoisme merupakan suatu faktor jiwa yang kuat, maka orang tersebut akan
berbuat dengan cara yang selalu untuk meningkatkan dirinya. Dengan kata lain,
setiap tipe kepribadian menjadi tipe motifnya juga.
o
Buku Visuddhimagga (Buddhaghosa, 1976), merupakan pedoman untuk
meditasi sesuai dengan ajaran Abhidhamma pada abad ke V SM. Dalam
pedoman ini terdapat bahagian untuk mengenal tipe-tipe utama kepribadian,
karena setiap orang harus diperlakukan sesuai dengan sifat-sifatnya. Salah satu
metode yang disarankan guna menilai tipe kepribadian adalah dengan mengamati
secara seksama cara bergerak dan berdiri. Misalnya:
a.
Orang yang kuat nafsunya atau senang kenikmatan, jalannya anggun
b.
Orang yang penuh kebencian, suka menyeret kakinya jika berjalan
c.
Pada orang yang dikuasai delusi, jika berjalan cepat langkahnya.
Contoh lain yang diberikan oleh Vajiranana (1962), sebagai berikut:
”Orang yang kuat nafsunya, jejak kakinya terbelah di tengah. Orang yang tidak ramah,
jejak kakinya membentuk garis ke belakang. Sementara jejak kaki orang yang
dikuasai delusi, kelihatan terburu-buru ditapakkan. Sedangkan Buddha Gautama
meninggalkan jejak kaki yang sempurna karena jiwanya tenang dan badannya pun
seimbang”.
Tipe-tipe manusia yang tercantum dalam buku Visudhimagga adalah sebagai
berikut:
1.
Tipe orang suka kenikmatan:
berpenampilan menarik; sopan dan menjawab dengan hormat jika disapa. Jika tidur
selalu mengatur tempat tidurnya secara cermat, membaringkan tubuhnya dengan
hati-hati; dan tak banyak bergerak waktu tidur.
senang melakukan tugas-tugas dengan seni, rapi, sangat berhati-hati. Selain itu
berpakaian rapi dan bagus. Jika makan menyukai makanan yang empuk dan disajikan
dengan cara mewah, kemudian makan dengan perlahan, sedikit-sedikit dan sangat
menikmati cita rasa.
jika melihat objek yang menyenangkan, akan berhati-hati untuk mengaguminya,
terpesona oleh tindakan, dan tidak memperhatikan kekurangannya. Selalu ada rasa
sesal jika meninggalkan objek yang indah.
sisi negatifnya: tipe ini suka berlagak, suka menipu, tamak, tidak mudah puas,
penuh nafsu dan sembrono.
2.
Tipe orang pembenci:
berdiri dengan kaku, tempat tidur dibereskan dengan serampangan dan
tergesa-gesa, tidur dengan badan tegang, dan marah jika dibangunkan
jika bekerja orang dengan tipe ini kasar dan sembrono; jika menyapu berbunyi
keras dan gaduh. Jika berpakaian ketat dan tidak rapi. Senang pada makanan
pedas dan asam, makan dengan tergesa-gesa tanpa memperhatikan cita rasa, meski
tidak suka makanan yang hambar
tidak tertarik pada objek-objek yang indah; memperhatikan kekurangan sekecil
apapun; sementara itu mengabaikan kebaikan-kebaikannya; sering marah-marah, penuh
kebencian, tidak mau menunjukkan rasa terima kasih, mudah iri hati dan kikir.
3. Tipe Orang delusi:
pakaiannya compang-camping, benangnya berseliweran, kasar seperti rami, berat
dan tidak enak dipakai.
tempat tidur tidak rapi, suka tidur terlentang, bangun dengan lamban, dan
menggerutu penuh keluh kesah.
sebagai pekerja orang tipe ini tidak terampil dan jorok; jika menyapu dengan
kaku dan serampangan, serta tidak bersih.
tidak peduli dengan makanan, dan akan makan apa sajayang ada; orang dengan tipe
ini adalah pemakan yang ceroboh, memasukkan suapan yang besar-besar ke mulut
dan mengotori muka dengan makanan.
mangkuknya dari tanah liat yang buruk atau mangkuk logam yang berat, bentuknya
tidak serasi, memuakkan, tidak rata dan tidak ada di desa sekitarnya
desa yang cocok adalah desa yang tidak teratur, orangnya lalu lalang
seolah-olah tidak melihatnya
orang yang menyalaminya adalah orang-orang yang kasar, kotor, tak sedap dipandang
mata, makanan kotor, berbau dan menjijikan
orang tipe ini tidak mempunyai ide baik atau jelek pada suatu objek, tetapi
percaya saja apa yang dikatakan oleh orang lain, lalu turut memuja atau
mencelanya
sering berkelakuan malas, kaku, kacau, mudah menyerah dan bingungan, serta
dapat juga keras kepal dan bandel.
Dalam buku Visuddhimagga, selanjutnya menetapkan kondisi-kondisi optimal
yang harus disiapkan untuk orang-orang dengan masing-masing tipe tersebut
diatas adalah, apabila mereka mulai bermeditasi. Tujuannya adalah untuk
mengalahkan gejala-gejala psikologis yang dominan dan dengan demikian
menjadikan jiwa mereka seimbang, sehingga dapat disebut manusia yang harmonis.
Sebaliknya, kondisi-kondisi untuk tipe orang penuh kebencian, semuanya dibuat
serba enak dan semudah mungkin. Sedangkan untuk tipe delusi, segala sesuatunya
harus dibuat sederhana dan jelas, menyenangkan serta enak, seperti kondisi
untuk tipe penuh kebencian.
Dengan demikian, untuk setiap kasus diatas, lingkungan disesuaikan dengan
tipe-tipe manusia dengan maksud menghambat faktor-faktor jiwa yang biasanya
menguasai masing-masing tipe kepribadian: orang yang rakus susah menemukan
objek ketamakannya, orang yang penuh kebencian sulit menemukan objek untuk
direndahkan, sedangkan untuk orang yang dikuasai delusi, segala sesuatunya
dibuat jelas. Program lingkungan yang dirancang untuk meningkatkan kesehatan
jiwa ini merupakan pendahulu, disebut ”terapi lingkungan” (milieu
therapy). Dalam hal ini, Buddha juga melihat bahwa tipe orang-orang
yang berbeda akan menyukai tipe meditasi yang berbeda-beda, maka ia merancang
berbagai metode meditasi yang disesuaikan dengan tipe-tipe kepribadian yang
berlainan.
Kepribadian Sehat dan gangguan
jiwa
Definisi
Operasional kepribadian, dapat dirumuskan sebagai beirkut:
a.
Pribadi sehat: Tidak ada faktor-faktor tidak sehat atau selalu ada faktor sehat
b.
Jiwa terganggu: Ada faktor jiwa tidak sehat, dimana gangguan jiwa timbul karena
faktor tidak sehat menguasai kejiwaan seseorang
c.
Kriterium untuk kesehatan jiwa: Adanya faktor-faktor yang sehat dan ketiadaan
faktor-faktor yang tidak sehat dalam sistem pengelolaan sumber daya psikologis
seseorang
Berikut ini
contoh faktor-faktor sehat, antara lain:
Karuna: Kebaikan hati yang penuh kasih
Mudita: merasakan nikmat dalam kebahagiaan orang lain
Dalam kitab suci Buddha, pernah disebutkan bahwa: ”semua orang yang tertarik
hal-hal duniawi adalah gila”.
Annusaya: kecenderungan-kecenderungan laten dari jiwa tidak sehat
Meditasi : sarana menuju kepribadian sehat
Selanjutnya, tujuan
perkembangan psikologis dalam Abhidhamma adalah meningkatkan jumlah
keadaan-keadaan yang sehat dan dengan demikian mengurangi keadaan-keadaan yang
tidak sehat dalam jiwa seseorang. Disamping itu, pada puncak kesehatan jiwa
sama sekali tidak ada faktor-faktor yang yang tidak sehat muncul dalam jiwa
seseorang. Meskipun setiap orang terdorong untuk mencari hal yang ideal ini,
namun sudah pasti hal tersebut jarang tercapai.
F. Tentang Mimpi
Abhidhamma mengatakan
bahwa mimpi adalah sifat istimewa lain dari arahat/santo (masyarakat
Barat). Ada empat macam tipe mimpi pada manusia, yakni:
1.
Mimpi yang disebabkan oleh sejenis gangguan pada oragan atau otot, dan biasanya
menyangkut suatu perasaan fisik yang menakutkan, misalnya jatuh, terbang, atau
dikejar-kejar harimau. Bermacam-macam mimpi buruk termasuk tipe mimpi ini.
2.
Mimpi yang ada hubugannya dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan orang
pada siang harinya, dan menggemakan pengalaman-pengalaman yang sudah berlalu
tersebut. Mimpi semacam ini kerap terjadi.
3.
Mimpi tentang suatu peristiwa aktual sebagaimana peristiwa itu terjadi, mirip
dengan prinsip sinkronitas pada pendapat C.G. Jung.
4.
Mimpi yang bersifat waskita (clairvoyant), suatu ram,alan yang tepat
tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi. Seorang arahat/santo bermimpi,
maka mimpinya itu selalu bersifat waskita (Van Aung, 1972).
Sang Buddha
sendiri mahir dalam menginterpretasikan lambang-lambang dalam mimpinya,
meskipun tidak ada sistem yang formal untuk analisis simbolik dalam Abhidhamma.
Dalam hal ini, Buddha Gautama juga pernah mengalami mimpi sebelum
menerima pencerahan atau sinar Buddha. Mimpi tersebut meramalkan
pencerahan Buddha Gautama dalam mendapatkan Boddhi.
Tingkat
kepribadian arahat pada Abhidhamma ini, tidak ada dalam teori
kepribadian psikologi Barat. Tingkat arahat ini merupakan hal yang cukup umum
pada psikologi timur, terutama dalam ajaran olah kejiwaan di Indonesia. Oleh
karena itu, arahat dapat dikatakan semacam Santo di masyarakt Barat, yakni
predikat bagi rohaniawan kristiani. Pada arahat yang sangat istimewa,
merupakan protitipe kepribadian orang yang tidak ada pada kepribadian
prototipe di Barat.
Perubahan
kepribadian yang radikal pada taraf arahat semacam itu melampaui tujuan-tujuan
dan harapan-harapan psikoterapi Barat. Dalam hal ini, konsep arahat merupakan
sesuatu yang ideal bagi kebanyakan orang, namun terasa terlampau baik untuk
diwujudkan. Selain itu, arahat sebagai model pribadi sehat adalah memiliki
banyak sifat yang mereka asumsikan intrinsik dalam kodrat manusia. Mungkin ide
pribadi arahat semakna dengan konsep Maslow atau Rogers sebagai pribadi yang
dapat teraktualisasi penuh.
III. Kesimpulan
Psikologi Abhidhamma pada hakikatnya bersifat
fenomenologis, yakni suatu teori deskriptif tentang keadaan-keadaan internal.
Hanya orang-orang yang telah menghayati latihan yang dipersyaratkan dan
pengalaman sesudahnya akan benar-benar dapat menguji teori tersebut. Abhidhamma,
ketika membahas keadaan-keadaan di luar kesadaran dalam meditasi, juga
merupakan ”ilmu tentang keadaan-khusus” menurut definisi yang dikemukakan Tart
(1972): pokok pengetahuan yang diperoleh lewat analisis, eksperimen, dan
komunikasi dengan suatu keadaan khusus dalam hal ini, keadaan bermeditasi.
Bahaya utama dari teori-teori fenomenologis dan ilmu-ilmu pengetahuan tentang
keadaan khusus adalah penipuan diri sendiri. Seseorang mungkin merasa yakin
bahwa pengalamannya begini atau begitu, sedangkan sesungguhnya lain; sepanjang
tidak ada bukti lain untuk mengoreksi orang tersebut, maka kesalahannya akan
terus dipertahankan.
Karena alasan ini, suatu teori seperti Abhidhamma ini membutuhkan
pengujian-pengujian terhadap hipotesis-hipotesisnya sejauh prediksi-prediksinya
memang dapat diverifikasikan dari segi pandangan pengamat dari luar (Barat).
Hal ini relatif sulit dilakukan terhadap perubahan-perubahan dari faktor-faktor
jiwa seseorang yang bersifat terus menerus dari saat ke saat dan tidak kentara.
Akan tetapi ada kemungkinan menguji gambaran-gambaran Abhidhamma tentang
perubahan-perubahan yang terjadi akibat keterpusatan perhatian pada satu titik
di satu pihak, atau akibat sikap penuh perhatian yang bersifat sistematik di
pihak lain. Dalam hal ini, gambaran-gambaran Abhidhamma tentang jhana
adalah keadaan-keadaan di luar kesadaran yang hanya terjadi selama praktik
meditasi itu sendiri. Sementara sifat-sifat arahat mencerminkan pengaruh-pengaruh
sifat, yakni perubahan-perubahan kepribadian yang mengiringi peralihan ke
keadaan di luar kesadaran yang berlangsung lama, yang terus bertahan terlepas
dari meditasi itu sendiri.
KESIMPULAN :
Kepribadian Timur terbentuk dari
:
- Letak geografis suatu negara, yang membentuk kultur maupun budaya yang sangat berpengaruh pada kepribadian individu, Dimana sebagian besar dikatakan bahwa orang yang dikatakan memiliki kepribadian timur adalah mereka yang sebagian berasal dari benua Asia.
- Agama, sebagai dasar dari pegangan hidup seseorang juga mampu membentuk suatu kepribadian tersendiri, dimana untuk daerah atau negara timur sebagian besar menganut agama Islam, Hindu maupun Budha sehingga kepribadian banyak terbentuk sesuai dengan ajaran-ajaran yang dikemukakan oleh kitab dari agama masing. Dalam sejarahnya pun agama muncul dari masyarakat timur.
- Kapitalisme, dari negara barat juga mampu mempengaruhi budaya suatu bangsa di daerah timur, namun kekuatannya tidak mampu secara menyeluruh mempengaruhi budaya yang sudah ada di negara timur itu sendiri. Paling tidak bahawa kapitalisme mampu mempengaruhi suatu budaya yang pada akhirnya sedikit mempengaruhi pada kepribadian seseorang.
- Kebudayaan dan Gaya Hidup, merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi terbentuknya kepribadian individu, aturan yang muncul dari budaya yang ada membuat seseorang mempunyai gaya hidup yang cenderung memberi suatu ciri khas pada seseorang. Ciri khas tersebut yang akhirnya berkembang pada suatu kelompok sosial yang pada akhirnya membentuk suatu kepribadian pada suatu kelompok. Dan bial kepribadian itu timbul pada suatu budaya timur maka yang dihasilkan adalah kepribadian yang sifatnya ketimuran atau kita sebut kepribadian timur.
DAFTAR PUSTAKA
- Kepribadian Timur, Ki Fudyartanto, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2003.
- http://beniazhari.blogspot.com/2010/12/kepribadian-bangsa-timur_18.html. Kepribadian Bangsa Timur
- http://indaaihuayu.ngeblogs.info/2010/10/31/kepribadian-bangsa-timur/ . Kepribadian Bangsa timur
- http://mayangarmyta.wordpress.com/2010/10/31/kepribadian-bangsa-timur. Kepribadian Bangsa Timur.
- http://www.pulsemed.org/perstype-what’s your type ? East and West Personality Types
- http://artikel-update.blogspot.com/2009/07/pengaruh-psikologi -timur-pada-pemikiran.html. Pengaruh Psikologi Timur pada Pemikiran.
- Sintesis Psikologi Timur dan Barat Pendekatan Filsafat Manusia, Oleh Budhy Munawar-Rachman. Ahmadsamantho.files.wordpress.com/2008/---/psikologitimur-barat-1.ppt.
- Oerientasi dalam Teori Kepribadian, http://psikologikepribadian-telaah.blogspot.com/
- Teori Kepribadian antara Timur dan Barat. Komparasi antara Teori Al Ghozali dan Erich Fromm, written by kang marfu’, tuersday,01 June 2010, 10:23-artikel pendidikan.
- Pengertian Kebudayaan, Kepribadian Bangsa Timur. Posted on fberuary 22, 2011 by adexyz.