maya tetaplah maya
meski kita tetap bergaya
tapi kenyataannya tak pernah nyata
semua semu...sesemu maya
ikatan hanyalah isu
seperti kata hati yang terus membisu
akankah hati menjadi pilu
itu terserah hati yang sedang ngilu
nyeri hanyalah nyeri
tak perlu hati untuk hidup kembali
semua mati
dan itu harus dimengerti
lupa haruslah lupa
lupakan semua
karena memang semua tak pernah ada
karena semua adalah maya
Sabtu, 22 Juni 2013
Selasa, 04 Juni 2013
teori kogintif piaget
Much
of your teaching depends on cognitive abilities -- sharing information with
your students and looking for signs that the information is understood. As a
result, you should understand cognitive stages.
Child psychologist Jean
Piaget described the mechanism by which the mind processes new
information. He said that a person understands whatever information fits into
his established view of the world. When information does not fit, the person
must reexamine and adjust his thinking to accommodate the new information.
Piaget described four stages of cognitive development and relates them to a
person's ability to understand and assimilate new information.
During this stage, the child learns about himself and
his environment through motor and reflex actions. Thought derives from
sensation and movement. The child learns that he is separate from his
environment and that aspects of his environment -- his parents or favorite
toy -- continue to exist even though they may be outside the reach of his
senses. Teaching for a child in this stage should be geared to the
sensorimotor system. You can modify behavior by using the senses: a frown, a
stern or soothing voice -- all serve as appropriate techniques.
Applying his new knowledge of language, the child
begins to use symbols to represent objects. Early in this stage he also
personifies objects. He is now better able to think about things and events
that aren't immediately present. Oriented to the present, the child has
difficulty conceptualizing time. His thinking is influenced by fantasy -- the
way he'd like things to be -- and he assumes that others see situations from
his viewpoint. He takes in information and then changes it in his mind to fit
his ideas. Teaching must take into account the child's vivid fantasies and undeveloped
sense of time. Using neutral words, body outlines and equipment a child can
touch gives him an active role in learning.
During this stage, accommodation increases. The child
develops an ability to think abstractly and to make rational judgements about
concrete or observable phenomena, which in the past he needed to manipulate
physically to understand. In teaching this child, giving him the opportunity
to ask questions and to explain things back to you allows him to mentally
manipulate information.
This stage brings cognition to its final form. This
person no longer requires concrete objects to make rational judgements. At
his point, he is capable of hypothetical and deductive reasoning. Teaching
for the adolescent may be wideranging because he'll be able to consider many
possibilities from several perspectives.
|
dari Pasien Pengajaran, Loose Leaf Perpustakaan
Springhouse Corporation (1990)
Springhouse Corporation (1990)
Banyak dari pengajaran Anda tergantung pada kemampuan kognitif - berbagi informasi dengan siswa Anda dan mencari tanda-tanda bahwa informasi tersebut dipahami. Sebagai hasilnya, Anda harus memahami tahap kognitif.
Psikolog anak Jean Piaget dibahas mekanisme dimana pikiran memproses informasi baru. Dia mengatakan bahwa seseorang memahami informasi apa pun yang cocok dengan pandangan didirikan nya dunia. Ketika informasi tidak sesuai, orang harus menguji kembali dan menyesuaikan pemikirannya untuk mengakomodasi informasi baru. Piaget menggambarkan empat tahap perkembangan kognitif dan berhubungan mereka untuk kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap informasi baru.
Sensorimotor: (melahirkan sekitar umur 2)
Selama tahap ini, anak belajar tentang dirinya dan lingkungannya
melalui tindakan motor dan refleks. Pemikiran berasal dari sensasi dan gerakan.
Anak belajar bahwa ia terpisah dari lingkungannya dan aspek lingkungannya -
orang tuanya atau mainan favorit - terus eksis meskipun mereka mungkin berada
diluar jangkauan indranya. Pengajaran untuk anak dalam tahap ini harus
diarahkan ke sistem sensorimotor. Anda dapat memodifikasi perilaku dengan
menggunakan indra: mengerutkan kening, suara keras atau menenangkan - semua
melayani sebagai teknik yang tepat.
Praoperasional: (dimulai sekitar pada saat anak mulai bicara tentang usia 7)
Menerapkan
pengetahuan baru tentang bahasa, anak mulai menggunakan simbol untuk mewakili
objek. Pada awal tahap ini ia juga melambangkan obyek. Dia sekarang lebih mampu
berpikir tentang hal-hal dan peristiwa yang tidak segera hadir. Berorientasi
hingga saat ini, anak mengalami kesulitan konseptualisasi waktu. pemikiran-Nya
dipengaruhi oleh fantasi - cara ia ingin hal yang harus - dan ia menganggap
bahwa orang lain melihat situasi dari sudut pandangnya. Dia mengambil informasi
dan kemudian mengubahnya dalam pikirannya agar sesuai dengan ide-idenya.
Pengajaran harus memperhitungkan fantasi hidup anak dan rasa waktu yang belum
dikembangkan. Menggunakan kata-kata netral, tubuh menguraikan dan peralatan
seorang anak bisa menyentuh memberinya peran aktif dalam belajar.
Beton: (sekitar kelas satu untuk remaja awal)
Selama
tahap ini, meningkat akomodasi. Anak mengembangkan kemampuan berpikir secara
abstrak dan untuk membuat penilaian rasional tentang fenomena beton atau
diamati, yang di masa lalu yang ia butuhkan untuk memanipulasi fisik untuk
memahami. Dalam mengajar anak ini, dia memberikan kesempatan untuk mengajukan
pertanyaan dan menjelaskan hal-hal yang kembali kepada Anda memungkinkan dia untuk
mental memanipulasi informasi.
Formal Operasi: (masa remaja)
Tahap
ini membawa kognisi untuk membentuk akhir. Orang ini tidak lagi memerlukan
benda konkret untuk membuat penilaian rasional. Pada titik itu, ia mampu
hipotetis dan penalaran deduktif. Pengajaran
bagi remaja mungkin dalam kisaran yang luas karena dia akan mampu
mempertimbangkan banyak kemungkinan dari berbagai perspektif.
Simak
Baca secara fonetik
Teori perkembangan kognitif
Teori
Perkembangan Kognitif,
dikembangkan oleh Jean
Piaget, seorang psikolog
Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan
banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap
perkembangan konsep kecerdasan,
yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan
dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada
kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema
tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan
perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental.
Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang
berarti, tidak seperti teori nativisme
(yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan
kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan
kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya
terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piaget memperoleh Erasmus
Prize. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya
melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring
pertambahan usia:
Periode
sensorimotor (usia 0–2 tahun)
Periode
praoperasional (usia 2–7 tahun)
Periode
operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
Periode
operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Periode sensorimotor
Menurut
Piaget, bayi lahir dengan
sejumlah refleks bawaan
selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk
melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor
adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini
menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:
- Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks.
- Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
- Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
- Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
- Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
- Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas.
Tahapan praoperasional
Tahapan
ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan
permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis
yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis
muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur
melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini
adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam
tahapan ini, anak belajar
menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata.
Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut
pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri,
seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau
mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Menurut
Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul
antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan
keterampilan berbahasanya.
Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar.
Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di
permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat
memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama
lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya.
Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain
semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan
menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
Tahapan operasional konkrit
Tahapan
ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai
duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai.
Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek
menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda
ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling
kecil.
Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan
mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau
karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat
menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki
keterbatasan logika berupa animisme
(anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa
aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak
tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya
dibanding cangkir kecil yang tinggi.
Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau
benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak
dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4,
jumlah sebelumnya.
Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang,
atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau
tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi
cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air
dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama
banyak dengan isi cangkir lain.
Penghilangan
sifat Egosentrisme—kemampuan
untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut
berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang
memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan,
kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti
kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti
akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa
boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
Tahapan operasional formal
Tahap
operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori
Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut
sampai dewasa. Karakteristik
tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar
secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam
tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan
nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih,
namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan
ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya),
menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis,
kognitif, penalaran moral, perkembangan
psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai
perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan
berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap
operasional konkrit.
Informasi umum mengenai tahapan-tahapan
Keempat
tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Walau
tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi urutannya selalu
sama. Tidak ada ada tahapan yang diloncati dan tidak ada urutan yang mundur.
Universal
(tidak terkait budaya)
Bisa
digeneralisasi: representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri
seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan
Tahapan-tahapan
tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara logis
Urutan
tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen dari tahapan
sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi)
Tahapan
merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model berpikir, bukan hanya
perbedaan kuantitatif
Proses perkembangan
Seorang
individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan
berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa
kategori pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia.
Skema juga menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik yang terlibat
dalam memahami atau mengetahui sesuatu. Sehingga dalam pandangan Piaget, skema
mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan
tersebut. Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi lingkungan, informasi
yang baru didapatnya digunakan untuk memodifikasi, menambah, atau mengganti
skema yang sebelumnya ada. Sebagai contoh, seorang anak mungkin memiliki skema
tentang sejenis binatang, misalnya dengan burung. Bila pengalaman awal anak
berkaitan dengan burung
kenari, anak kemungkinan beranggapan bahwa semua burung adalah kecil,
berwarna kuning, dan mencicit. Suatu saat, mungkin anak melihat seekor burung unta. Anak akan
perlu memodifikasi skema yang ia miliki sebelumnya tentang burung untuk
memasukkan jenis burung yang baru ini.
Asimilasi adalah proses menambahkan informasi
baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena
seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang
diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Dalam
contoh di atas, melihat burung kenari dan memberinya label "burung"
adalah contoh mengasimilasi binatang itu pada skema burung si anak.
Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang
melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang
tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi
pemunculan skema yang baru sama sekali. Dalam contoh di atas, melihat burung
unta dan mengubah skemanya tentang burung sebelum memberinya label
"burung" adalah contoh mengakomodasi binatang itu pada skema burung
si anak.
Melalui
kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan
berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses
penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai
keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur
kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya
agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses
penyesuaian di atas.
Dengan
demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari
luar secara pasif tapi orang tersebut secara aktif mengkonstruksi
pengetahuannya.
Isu dalam perkembangan kognitif
Isu
utama dalam perkembangan kognitif serupa dengan isu perkembangan psikologi
secara umum.
Tahapan perkembangan
Terdapat
kontroversi terhadap pembagian tahapan perkembangan berdasarkan perbedaan
kualitas atau kuantitas kognisi.
Kontinuitas
dan diskontinuitas
Kontroversi
ini membahas apakah pembagian tahapan perkembangan merupakan proses yang
berkelanjutan atau proses terputus pada tiap tahapannya.
Homogenitas
dari fungsi kognisi
Terdapat
perbedaan kemampuan fungsi kognisi dari tiap individu
Natur dan nurtur
Kontroversi
natur
dan nurtur berasal dari perbedaan antara filsafat nativisme dan filsafat empirisme. Nativisme
mempercayai bahwa pada kemampuan otak
manusia sejak lahir telah dipersiapkan untuk tugas-tugas kognitif. Empirisme
mempercayai bahwa kemampuan kognisi merupakan hasil dari pengalaman.
Stabilitas dan kelenturan dari kecerdasan
Secara
relatif kecerdasan seorang anak tetap stabil
pada suatu derajat kecerdasan, namun terdapat
perbedaan kemampuan kecerdasan seorang anak pada usia 3 tahun dibandingkan
dengan usia 15 tahun.
Sudut pandang lain
Pada
saat ini terdapat beberapa pendekatan yang berbeda untuk menjelaskan
perkembangan kognitif.
Kemajuan
ilmu neurosains dan teknologi memungkinkan mengaitkan antara aktivitas otak dan perilaku.
Biologis menjadi dasar dari pendekatan ini untuk menjelaskan perkembangan
kognitif. Pendekatan ini memiliki tujuan untuk dapat mengantarai pertanyaan
mengenai umat manusia yaitu
Teori
Konstruksi pemikiran-sosial
Selain
biologi, konteks sosial juga merupakan salah satu
sudut pandang dari perkembangan kognitif. Perspektif ini menyatakan bahwa lingkungan
sosial dan budaya akan memberikan pengaruh terbesar terhadap pembentukan
kognisi dan pemikiran anak. Teori ini memiliki implikasi langsung pada dunia
pendidikan. Teori Vygotsky menyatakan bahwa anak belajar secara aktif lebih
baik daripada secara pasif. Tokoh-tokohnya diantaranya Lev
Vygotsky, Albert
Bandura, Michael
Tomasello
Teori
Theory of Mind (TOM)
Teori
perkembangan kognitif ini percaya bahwa anak memiliki teori maupun skema
mengenai dunianya yang menjadi dasar kognisinya. Tokoh dari ToM ini diantaranya
adalah Andrew
N. Meltzoff
[sunting] Referensi
Bjorklund,
D.F. (2000) Children's Thinking: Developmental Function and individual
differences. 3rd ed. Bellmont, CA : Wadsworth
Cole,
M, et al. (2005). The Development of Children. New York: Worth
Publishers.
Johnson,
M.H. (2005). Developmental cognitive neuroscience. 2nd ed. Oxford :
Blacwell publishing
Piaget,
J. (1954). "The construction of reality in the child". New York:
Basic Books.
Piaget,
J. (1977). The Essential Piaget. ed by Howard E. Gruber and J. Jacques
Voneche Gruber, New York: Basic Books.
Piaget,
J. (1983). "Piaget's theory". In P. Mussen (ed). Handbook of Child
Psychology. 4th edition. Vol. 1. New York: Wiley.
Piaget,
J. (1995). Sociological Studies. London: Routledge.
Piaget,
J. (2000). "Commentary on Vygotsky". New Ideas in Psychology, 18,
241–259.
Piaget,
J. (2001). Studies in Reflecting Abstraction. Hove, UK: Psychology
Press.
Seifer,
Calvin "Educational Psychology"
Kamus - Lihat kamus yang
lebih detail
Langganan:
Postingan (Atom)