Sabtu, 22 Juni 2013

Maya.....

maya tetaplah maya
meski kita tetap bergaya
tapi kenyataannya tak pernah nyata
semua semu...sesemu maya

ikatan hanyalah isu
seperti kata hati yang terus membisu
akankah hati menjadi pilu
itu terserah hati yang sedang ngilu

nyeri hanyalah nyeri
tak perlu hati untuk hidup kembali
semua mati
dan itu harus dimengerti

lupa haruslah lupa
lupakan semua
karena memang semua tak pernah ada
karena semua adalah maya

Selasa, 04 Juni 2013

teori kogintif piaget

Much of your teaching depends on cognitive abilities -- sharing information with your students and looking for signs that the information is understood. As a result, you should understand cognitive stages.
Child psychologist Jean Piaget described the mechanism by which the mind processes new information. He said that a person understands whatever information fits into his established view of the world. When information does not fit, the person must reexamine and adjust his thinking to accommodate the new information. Piaget described four stages of cognitive development and relates them to a person's ability to understand and assimilate new information.
  1. Sensorimotor: (birth to about age 2)
During this stage, the child learns about himself and his environment through motor and reflex actions. Thought derives from sensation and movement. The child learns that he is separate from his environment and that aspects of his environment -- his parents or favorite toy -- continue to exist even though they may be outside the reach of his senses. Teaching for a child in this stage should be geared to the sensorimotor system. You can modify behavior by using the senses: a frown, a stern or soothing voice -- all serve as appropriate techniques.
  1. Preoperational: (begins about the time the child starts to talk to about age 7)
Applying his new knowledge of language, the child begins to use symbols to represent objects. Early in this stage he also personifies objects. He is now better able to think about things and events that aren't immediately present. Oriented to the present, the child has difficulty conceptualizing time. His thinking is influenced by fantasy -- the way he'd like things to be -- and he assumes that others see situations from his viewpoint. He takes in information and then changes it in his mind to fit his ideas. Teaching must take into account the child's vivid fantasies and undeveloped sense of time. Using neutral words, body outlines and equipment a child can touch gives him an active role in learning.
  1. Concrete: (about first grade to early adolescence)
During this stage, accommodation increases. The child develops an ability to think abstractly and to make rational judgements about concrete or observable phenomena, which in the past he needed to manipulate physically to understand. In teaching this child, giving him the opportunity to ask questions and to explain things back to you allows him to mentally manipulate information.
  1. Formal Operations: (adolescence)
This stage brings cognition to its final form. This person no longer requires concrete objects to make rational judgements. At his point, he is capable of hypothetical and deductive reasoning. Teaching for the adolescent may be wideranging because he'll be able to consider many possibilities from several perspectives.


dari Pasien Pengajaran, Loose Leaf Perpustakaan
Springhouse Corporation (1990)


Banyak dari pengajaran Anda tergantung pada kemampuan kognitif - berbagi informasi dengan siswa Anda dan mencari tanda-tanda bahwa informasi tersebut dipahami. Sebagai hasilnya, Anda harus memahami tahap kognitif.
Psikolog anak Jean Piaget dibahas mekanisme dimana pikiran memproses informasi baru. Dia mengatakan bahwa seseorang memahami informasi apa pun yang cocok dengan pandangan didirikan nya dunia. Ketika informasi tidak sesuai, orang harus menguji kembali dan menyesuaikan pemikirannya untuk mengakomodasi informasi baru. Piaget menggambarkan empat tahap perkembangan kognitif dan berhubungan mereka untuk kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap informasi baru.


Sensorimotor: (melahirkan sekitar umur 2)
Selama tahap ini, anak belajar tentang dirinya dan lingkungannya melalui tindakan motor dan refleks. Pemikiran berasal dari sensasi dan gerakan. Anak belajar bahwa ia terpisah dari lingkungannya dan aspek lingkungannya - orang tuanya atau mainan favorit - terus eksis meskipun mereka mungkin berada diluar jangkauan indranya. Pengajaran untuk anak dalam tahap ini harus diarahkan ke sistem sensorimotor. Anda dapat memodifikasi perilaku dengan menggunakan indra: mengerutkan kening, suara keras atau menenangkan - semua melayani sebagai teknik yang tepat.



Praoperasional: (dimulai sekitar pada saat anak mulai bicara tentang usia 7)
Menerapkan pengetahuan baru tentang bahasa, anak mulai menggunakan simbol untuk mewakili objek. Pada awal tahap ini ia juga melambangkan obyek. Dia sekarang lebih mampu berpikir tentang hal-hal dan peristiwa yang tidak segera hadir. Berorientasi hingga saat ini, anak mengalami kesulitan konseptualisasi waktu. pemikiran-Nya dipengaruhi oleh fantasi - cara ia ingin hal yang harus - dan ia menganggap bahwa orang lain melihat situasi dari sudut pandangnya. Dia mengambil informasi dan kemudian mengubahnya dalam pikirannya agar sesuai dengan ide-idenya. Pengajaran harus memperhitungkan fantasi hidup anak dan rasa waktu yang belum dikembangkan. Menggunakan kata-kata netral, tubuh menguraikan dan peralatan seorang anak bisa menyentuh memberinya peran aktif dalam belajar.


Beton: (sekitar kelas satu untuk remaja awal)
Selama tahap ini, meningkat akomodasi. Anak mengembangkan kemampuan berpikir secara abstrak dan untuk membuat penilaian rasional tentang fenomena beton atau diamati, yang di masa lalu yang ia butuhkan untuk memanipulasi fisik untuk memahami. Dalam mengajar anak ini, dia memberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan menjelaskan hal-hal yang kembali kepada Anda memungkinkan dia untuk mental memanipulasi informasi.


Formal Operasi: (masa remaja)
Tahap ini membawa kognisi untuk membentuk akhir. Orang ini tidak lagi memerlukan benda konkret untuk membuat penilaian rasional. Pada titik itu, ia mampu hipotetis dan penalaran deduktif. Pengajaran bagi remaja mungkin dalam kisaran yang luas karena dia akan mampu mempertimbangkan banyak kemungkinan dari berbagai perspektif.

 

Simak
Baca secara fonetik

Teori perkembangan kognitif

Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:
*       Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
*       Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
*       Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
*       Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)

 

Periode sensorimotor

Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:
  1. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks.
  2. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
  3. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
  4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
  5. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
  6. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas.

Tahapan praoperasional

Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.

Tahapan operasional konkrit

Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.
Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.

Tahapan operasional formal

Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.

Informasi umum mengenai tahapan-tahapan

Keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
*       Walau tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi urutannya selalu sama. Tidak ada ada tahapan yang diloncati dan tidak ada urutan yang mundur.
*       Universal (tidak terkait budaya)
*       Bisa digeneralisasi: representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan
*       Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara logis
*       Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen dari tahapan sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi)
*       Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model berpikir, bukan hanya perbedaan kuantitatif

Proses perkembangan

Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema juga menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui sesuatu. Sehingga dalam pandangan Piaget, skema mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan tersebut. Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi lingkungan, informasi yang baru didapatnya digunakan untuk memodifikasi, menambah, atau mengganti skema yang sebelumnya ada. Sebagai contoh, seorang anak mungkin memiliki skema tentang sejenis binatang, misalnya dengan burung. Bila pengalaman awal anak berkaitan dengan burung kenari, anak kemungkinan beranggapan bahwa semua burung adalah kecil, berwarna kuning, dan mencicit. Suatu saat, mungkin anak melihat seekor burung unta. Anak akan perlu memodifikasi skema yang ia miliki sebelumnya tentang burung untuk memasukkan jenis burung yang baru ini.
Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Dalam contoh di atas, melihat burung kenari dan memberinya label "burung" adalah contoh mengasimilasi binatang itu pada skema burung si anak.
Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali. Dalam contoh di atas, melihat burung unta dan mengubah skemanya tentang burung sebelum memberinya label "burung" adalah contoh mengakomodasi binatang itu pada skema burung si anak.
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di atas.
Dengan demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari luar secara pasif tapi orang tersebut secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya.

Isu dalam perkembangan kognitif

Isu utama dalam perkembangan kognitif serupa dengan isu perkembangan psikologi secara umum.

Tahapan perkembangan

*       Perbedaan kualitatif dan kuantitatif
Terdapat kontroversi terhadap pembagian tahapan perkembangan berdasarkan perbedaan kualitas atau kuantitas kognisi.
*       Kontinuitas dan diskontinuitas
Kontroversi ini membahas apakah pembagian tahapan perkembangan merupakan proses yang berkelanjutan atau proses terputus pada tiap tahapannya.
*       Homogenitas dari fungsi kognisi
Terdapat perbedaan kemampuan fungsi kognisi dari tiap individu

Natur dan nurtur

Kontroversi natur dan nurtur berasal dari perbedaan antara filsafat nativisme dan filsafat empirisme. Nativisme mempercayai bahwa pada kemampuan otak manusia sejak lahir telah dipersiapkan untuk tugas-tugas kognitif. Empirisme mempercayai bahwa kemampuan kognisi merupakan hasil dari pengalaman.

Stabilitas dan kelenturan dari kecerdasan

Secara relatif kecerdasan seorang anak tetap stabil pada suatu derajat kecerdasan, namun terdapat perbedaan kemampuan kecerdasan seorang anak pada usia 3 tahun dibandingkan dengan usia 15 tahun.

Sudut pandang lain

Pada saat ini terdapat beberapa pendekatan yang berbeda untuk menjelaskan perkembangan kognitif.
*       Teori perkembangan kognitif neurosains [2]
Kemajuan ilmu neurosains dan teknologi memungkinkan mengaitkan antara aktivitas otak dan perilaku. Biologis menjadi dasar dari pendekatan ini untuk menjelaskan perkembangan kognitif. Pendekatan ini memiliki tujuan untuk dapat mengantarai pertanyaan mengenai umat manusia yaitu
*        
1.    Apakah hubungan antara pemikiran dan tubuh, khususnya antara otak secara fisik dan mental proses
2.    Apakah filogeni atau ontogeni yang menjadi awal mula dari struktur biologis yang teratur
*       Teori Konstruksi pemikiran-sosial
Selain biologi, konteks sosial juga merupakan salah satu sudut pandang dari perkembangan kognitif. Perspektif ini menyatakan bahwa lingkungan sosial dan budaya akan memberikan pengaruh terbesar terhadap pembentukan kognisi dan pemikiran anak. Teori ini memiliki implikasi langsung pada dunia pendidikan. Teori Vygotsky menyatakan bahwa anak belajar secara aktif lebih baik daripada secara pasif. Tokoh-tokohnya diantaranya Lev Vygotsky, Albert Bandura, Michael Tomasello
*       Teori Theory of Mind (TOM)
Teori perkembangan kognitif ini percaya bahwa anak memiliki teori maupun skema mengenai dunianya yang menjadi dasar kognisinya. Tokoh dari ToM ini diantaranya adalah Andrew N. Meltzoff

[sunting] Referensi

*       Bjorklund, D.F. (2000) Children's Thinking: Developmental Function and individual differences. 3rd ed. Bellmont, CA : Wadsworth
*       Cole, M, et al. (2005). The Development of Children. New York: Worth Publishers.
*       Johnson, M.H. (2005). Developmental cognitive neuroscience. 2nd ed. Oxford : Blacwell publishing
*       Piaget, J. (1954). "The construction of reality in the child". New York: Basic Books.
*       Piaget, J. (1977). The Essential Piaget. ed by Howard E. Gruber and J. Jacques Voneche Gruber, New York: Basic Books.
*       Piaget, J. (1983). "Piaget's theory". In P. Mussen (ed). Handbook of Child Psychology. 4th edition. Vol. 1. New York: Wiley.
*       Piaget, J. (1995). Sociological Studies. London: Routledge.
*       Piaget, J. (2000). "Commentary on Vygotsky". New Ideas in Psychology, 18, 241–259.
*       Piaget, J. (2001). Studies in Reflecting Abstraction. Hove, UK: Psychology Press.
*       Seifer, Calvin "Educational Psychology"

Senin, 13 Mei 2013

KEPRIBADIAN

Pertanyaan-pertanyaan yang meliputi timbulnya kepribadian timur sering muncul untuk mengartikan apakah sebenarnya kepribadian timur tersebut, pertanyaan yang sering muncul adalah sebagai berikut :
  Timur dan Barat lebih berbentuk persaingan, konflik dan perang, daripada saling mengerti, bersahabat dan kerjasama.
  Barat: Kapitalisme, teknologi, imperialisme
  Timur: Kelebihan penduduk, kemiskinan, keterikatan pada masa lampau.
  Pada kedua belah pihak ada prasangka, ketidaktahuan dan salah informasi.
  Apakah yang menjadi nilai khas (psikologi) Timur, bila dibandingkan dengan Barat?
  Apakah ada perbedaan dasar antara pandangan hidup Timur dan Barat?
  Apakah perbedaan-perbedaan ini terletak dalam pebedaan penekanan pada kemungkinan-kemungkinan manusia yang sama?
  Apa yang dapat dipelajari oleh orang-orang Timur dari orang Barat, dan sebaliknya?
  Unsur universal suatu kebudayaan  (psikologi) yang manakah yang dapat memperkaya kemanusiaan?
  Ada tiga nilai penting yang mendasari semua nilai psikologi di Barat: martabat manusia, kebebasan, dan teknologi.
  Manusia adalah ukuran bagi segalanya.
  Utopia: negeri yang bebas.
  Petualangan teknik: Penemuan-penemuan mesin Barat yang mengagumkan, tetapi sekaligus juga membingungkan.

Kepribadian antara bangsa barat dan timur sangatlah berbeda, masing-masing memiliki budaya yang unik dan beragam . Budaya merupakan identitas dan ciri khas suatu bangsa, Bangsa timur meliputi seluruh daratan Asia, Bahasa merupakan unsure budaya yang pertama, karena digunakan sebagai alat komunikasi untuk dapat berhubungan dengan orang lain. Ada dua jenis bahasa di timur yaitu :
1.    Bahasa Halus
Biasanya digunakan untuk berbicara secara formal dan sopan , ditujukan pada orang yang lebih tua atau pada orang yang status sosialnya lebih tinggi.
2.    Bahasa Kasar
Digunakan utuk berbicara sehari-hari yang sifatnya lebih santai, biasanya digunkan unyuk berbicara pada teman sebaya.
            Bangsa timur memiliki adat istiadat yang unik , mereka percaya terhadap hal- hal yang bersifat mistik, ghaib, dan bersifat supranatural.  Contohnya :
1.    Di Indonesia, tepatnya di pulau Bali, ada satu upacara yang dikenal dengan “NGABEN”  , yaitu upacara pembakaran mayat yang dianggap merupakan upacara yang membawa kebaikan.
2.    Di Korea juga terdapat tradisi yang disebut “ Trading On The Bridge” yaitu jalan- jalan santai melewati jembatan dibawah sinar bulan purnama pada malam purnama tahun baru, menurut kepercayaan mereka akan menjadikan kaki menjadi kuat.
Lucky Rice Scoop, menggantungkan sendok dibawah jendela agar diberikan beras yang melimpah oleh dewa
Bangsa Timur sebagian besar adalah Negara yang belum berkembang, tapi ada beberapa yang  sudah maju dalam perekonomian dan politiknya yaitu : Jepang, Hongkong, Korea Selatan, Taiwan dan Singapura.Negara tersebut meniru system bangsa barat , dan ternyata hasilnya mengalami kemajuan yang pesat sehingga disebut “ Macan Asia “.
             Bangsa Timur memiliki kekerabatan yang erat, mereka mengutamakan kebersamaan , terutama daerah pelosok seperti pedesaan, pekerjaan dilakukan dengan bergotong royong, berbeda dengan di kota yang sudah terpengaruh oleh budaya barat yang Individualis, sehingga kekerabatan tidak terlalu erat namun tetap ada.
            Makanan khas bangsa timur sangat beragam , namun secara keseluruhan cenderung pada yang bersifat vegetarian, makanan utamanya adalah nasi, dengan kelengkapan sayuran , beberapa contoh makanan khas bangsa timur :
1.    Indonesia , daerah pasundan mereka tidak akan puas makan bila belum makan dengan lalapan ( seperti ketimun, selada, terong dan lain- lain )
2.    Korea, Kimchi adalah sejenis sayuran yang rendah kalori yang harus ada pada tiap sesi makan
3.    India, Samosa yaitu kentang rebus dan sayuran dengan bumbu kari
Minuman juga beragam dan khas pada tiap bangsa timur, di China ada bir, jepang Arak sedangkan di Korea disebut soju.
            Sistem pernikahan masyarakat timur menganut system partrilineal, pria memegang peranan penting dalam rumah tangga dan diwajibkan untuk bekerja. Secara umum masyarakat di timur bersifat ramah, bertoleransi , tenggang rasa religious dan kritis .
Bangsa timur lebih identik dengan benua Asia. Sedangkan bangsa barat lebih identik dengan benua Eropa dan benua Amerika. Kepribadian bangsa timur sangat dikenal. Bahkan dikagumi di seluruh dunia.
            Kepribadian bangsa timur dapat diartikan suatu sikap yang dimiliki oleh suatu negara yang menentukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan. Kepribadian bangsa timur pada umumnya merupakan kepribadian yang mempunyai sifat toleransi yang tinggi. Kepribadian bangsa timur, kita tinggal di Indonesia termasuk kedalam bangsa timur, dikenal sebagai bangsa yang berkepribadian baik. Didunia bangsa timur dikenal sebagai bangsa yang ramah dan bersahabat.
            Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri. Manusia membutuhkan manusia lainnya untuk dapat berinteraksi dan bertahan hidup. Hal tersebut benar-benar dianut oleh masyarakat bangsa timur terutama bangsa Indonesia.  Rasa kebersamaan yang kuat bisa dibilang sebagai kepribadian bangsa.
            Segala sesuatu yang terdapat didalam masyarakat ditentukan adanya oleh kebudayaan yang dimiliki masyarakat itu. Di Indonesia banyak sekali kebudayaan dan kepribadian yang ada, karena seperti yang kita tahu bahwa Indonesia memiliki banyak sekali suku sehingga dengan sudah sangat pasti kebudayaannya pun berbeda.
            Sistem ideologi yang biasanya meliputi etika, norma, adat istiadat peraturan hukum yang berfungsi sebagai pengarahan dan pengikat perilaku manusia atau masyarakat agar sesuai dengan kepribadian bangsa yang sopan, santun, ramah dan tidak melakukan hal-hal yang dapat mencoreng kepribadian bangsa.
            Sistem sosial meliputi hubungan dan kegiatan sosial dalam masyarakat. Sistem teknologi meliputi segala perhatian serta penggunaannya, sesuai dengan nilai budaya yang berlaku. Pada saat unsur-unsur masing-masing kebudayaan saling menyusup. Proses migrasi besar-besaran, dahulu kala mempermudah berlangsungnya akulturasi tersebut.
            Pada dasarnya masyarakat daerah timur dengan contoh Indonesia sangat terbuka dan toleran terhadap bangsa lain, tetapi selama masih sesuai dengan norma, etika, serta adat istiadat yang ada di Indonesia.
            Pada umumnya unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima adalah unsur kebudayaan, kebendaan seperti peralatana yang terutama sangat mudah dipakai dan dirasakan sangat bermanfaat bagi masyarakat yang menerimanya. Contohnya : handphone, komputer, dll.
            Namun adapula unsur-unsur kebudayaan asing yang sulit diterima adalah misalnya :
1.    Unsur-unsur yang menyangkut sistem kepercayaan seperti ideologi, falsafah hidup, dan lain-lain.
2.    Unsur-unsur yang dipelajari pada taraf pertama proses sosialisasi. Contoh yang paling mudah adalah : soal makanan pokok suatu masyarakat.
3.    Pada umumnya generasi muda dianggap sebagai individu-individu yang cepat menerima unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk melalui proses akulturasi. Sebaliknya generasi tua, dianggap sebagai orang-orang kolot yang sukar menerima unsur baru.
4.    Suatu masyarkat yang terkena proses akulturasi, selalu ada kelompok-kelompok individu yang sukar sekali atau bahkan tak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi.
Berbagai faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu unsur kebudayaan baru diantaranya :
1.    Terbatasnya masyarakat memiliki hubungan atau kontak dengan kebudayaan dan dengan orang-orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut.
2.    Jika pandanagn hidup dan nilai yang dominan dalam suatu kebudayaan ditentukan oleh nilai-nilai agama.
3.    Corak struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan kebudayaan baru. Misalnya, sistem otoriter akan sukar menerima unsur kebudayaan baru.
4.    Suatu unsur kebudayaan diterima jika sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan bagi diterimanya unsur kebudyaan yang baru tersebut.
5.    Apabila unsur yang baru itu memiliki skala kegiatan yang terbatas.

SINTESIS PSIKOLOGI BARAT DAN TIMUR
  Sikap terhadap alam
  Barat: Penguasaan alam
  Timur: Cinta orang Timur begitu mendalam terhadap alam. Perasaan ini berakar dalam kepercayaan religius dan filsafatnya (Buddhisme, Taoisme, Sufisme). Semua itu merupakan suatu orkestrasi terpadu dari dua nada dasar: kesatuan dengan alam dan harmoni dengan alam.
  Ideal hidup
  Ideal Barat: Rencana Allah di dunia. Manusia merupakan aktor aktif pembentuk sejarah.
  Ideal Timur: Suatu hidup yang nilai tertingginya datang dari dalam: mau menerima keadaan sekarang, mengumpul pengalaman, mengintegrasikan diri, menjadi suatu yang bernilai, manusia yang membutuhkan ketenangan dan waktu demi kesempurnaannya. 
  Timur adalah Timur, Barat adalah Barat, dan keduanya tidak akan pernah bertemu” (Kipling)
atau
  “Timur adalah Timur, Barat adalah Barat, tetapi sesungguhnya keduanya cepat sekali datang bertemu”  (Gardner Murphy, Asia Psychology)
Bagaimana Psikologi Timur dan Barat bisa saling melengkapi?
  Psikologi Timur: Menjadikan kearifan sebagai sains.
  Psikologi Barat: Membawa sains kepada kearifan.
  Barat dan Timur bisa merupakan dua aliran nilai yang berbeda.
  Barat: Menunjukkan dinamisme ke luar. Ia lebih menyerang dan merombak. Nilai-nilainya yang menonjol: Martabat manusia, akal budi, kebebasan, aksi, organisasi, ilmu pengetahuan, teknik, kekayaan, dan kesejahteraan
  Timur: Lebih ke dalam: Ia lebih menerima dan menahan. Nilai-nilai yang muncul: Kebaikan hati, tidak suka turut campur, melupakan diri, turut merasakan, menarik diri, moderat, sabar, pasrah, damai batin
Barat dan Timur: Dua nilai mengenai aksi/nonaksi, pengakuan diri/pengingkaran diri, dan mengatakan bahwa perbedaan pandangan antara Barat dan Timur yang menyangkut dua polaritas fundamental mengakibatkan perbedaan-perbedaan lainnya serta mengarahkan masyarakat ke jalan yang berlawanan
  Timur: Lebih ke dalam: Ia lebih menerima dan menahan. Nilai-nilai yang muncul: Kebaikan hati, tidak suka turut campur, melupakan diri, turut merasakan, menarik diri, moderat, sabar, pasrah, damai batin
  Barat dan Timur: Dua nilai mengenai aksi/nonaksi, pengakuan diri/pengingkaran diri, dan mengatakan bahwa perbedaan pandangan antara Barat dan Timur yang menyangkut dua polaritas fundamental mengakibatkan perbedaan-perbedaan lainnya serta mengarahkan masyarakat ke jalan yang berlawanan.
  Perasaan orang Timur tentang kesatuan dengan alam dapat mengingatkan orang Barat untuk tidak menguras alam secara membabi buta.
  Ideal Timur tentang pengembangan diri bisa menjadi “obat penawar” kehidupan Barat yang serba mekanis dalam masyarakat teknologi.
Timur dapat belajar dari Barat tentang kebebasan, demokrasi, kesadaran sosial, ilmu dan tekniknya
Teori Kepribadian Antara Timur dan Barat
Komparasi Antara Teori Al-Ghazali Dan Erich Fromm
1.Struktur kepribadian
Ghazali (Gh): Tiga struktur yaitu nafsu (impuls primitif) , akal (realistik rasionalistik) dan kalbu (spiritual). Fromm (Fr): Lima struktur kebutuhan jiwa yaitu relasi, transendensi, keberakaran, identitas, dan orientasi.
Pada prinsipnya Al-Ghazali dan Fromm memandang manusia pada hakekatnya baik. Perbedaan terletak pada pendekatan dalam merumuskan kriteria baik itu sendiri.

2.Landa santeoritis
Gh: Konsep teosentris berdasarkan Al-Qur’an dan Sunah melalui metode tasawuf
Fh: Konsep yang antroposentris dengan penekanan pada faktor kebudayaan dan perubahan sosial. Fromm mengedepankan aspek.{comments on} kemanusiaan, sedangkan Al-Ghazali disamping aspek kemanusiaan juga peran Tuhan

3.Tujuan
Gh: Membentuk individu yang memiliki konsistensi iman, islam, ibadah dan mu’amalah untuk mendapat ridla Allah
Fr:  Menciptakan komunitas masyarakat sehat, Fromm berorientasi humanistik sosial, sedangkan Al-Ghazali humanistik spiritual

4.Hereditas
Gh: Faktor keturunan sebagai salah satu penentu kepribadian
Fr: Faktor keturunan sebagai salah satu penentu kepribadian
Berpandangan sama mengenai peranan faktor hereditas

5.Keunikan
Gh:Konsep kepribadian Muthmainnah
Fr: Konsep kepribadian yang antroposentris, humanis,dansosialis Kalbu sebagai struktur tertinggi yang mampu mengendalikan semua sistem kepribadian

6. Lingkunganpsikologis
Gh:Keluarga dan interaksisosial
Fr:Kebudayaan dan perubahan sosial Sama-sama memandang adanya pengaruh lingkungan terhadap kepribadian.

7.Kompleksitasmekanisme
Gh: Mekanisme sistem kalbu, akal, dan nafsu
Fr: mekanisme sistem kebutuhan jiwa Fromm menekankan aspek kebutuhan psikologis, al-Ghazali mengedepankan komponen psikis

8. Kepribadian ideal
Gh: Kepribadian Muthmainah yang mengantarkan manusia pada eksistensi sebenarnya sebagai hamba Allah
Fr: Kepribadian yang memiliki orientasi produktif yang mampu memenuhi kebutuhan jiwanya
Perbedaan yang menonjol adalah pada ada tidaknya aspek spiritualitas dalam kepribadian


Relevansi Penerapannya dalam Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu upaya pembentukan kepribadian. Konsep kepribadian model Erich Fromm dan Al-Ghazali memiliki pengaruh yang besar terhadap pendidikan. Pandangan Al-Ghazali tentang pendidikan lebih cenderung pada pendidikan moral dengan pembinaan budi pekerti dan penanaman sifat-sifat keutamaan pada anak didik. Adapun pendidikan dalam pandangan Fromm cenderung kepada pendidikan pembentukan karakter pribadi yang produktif pada anak. Konsep pendikan mereka ini erat sekali hubungannya dengan tujuna pendidikan.
Sebagaimana yang kita ketahui, terdapat banyak teori kepribadian di lingkungan peradaban Barat, begitu pula terdapat banyak psikologi Timur. Kendati terdapat perbedaan-perbedaan besar dalam hal kepercayaaan dan pandangan tentang dunia di antara agama-agama yang mengandung psikologi-psikologi Timur, namun dalam hal ini juga terdapat persamaan diatara keduanya, yakni semuanya berusaha menggambarkan kodrat pengalaman langsung sang pribadi. Dalam hal ini, segala sistemnya berkisar pada teknik-teknik meditasi yang memungkinkan orang semata-mata meneliti arus kesadarannya sendiri, dengan memberinya sejenis jendela yang netral atas aliran pengalamannya. Oleh karean itu, pada akhirnya semua psikologi Timur mengakui bahwa jalan utama ke arah transformasi diri ini adalah meditasi.
Dalam Buddhisme yang sampai saat ini merupakan agama terbesar di dunia, dimana prinsip-prinsip psikologis ini telah dikemukakan oleh pendirinya yakni Buddha Gautama (536-438 SM). Dalam 2500 tahun semenjak ia hidup, wawasan-wawasan psikologis dasarnya telah dikembangkan menjadi sistem-sistem teori dan praktik yang berbeda-beda oleh masing-masing cabang penganut Buddha. Diantara berbagai aliran yang ada dewasa ini, yang paling berpengaruh adalah penganut-penganut Theravada di negara-negara Asia Tenggara, Aliran Ch’an di cina (ditindas sejak komunis berkuasa), Zen di Korea dan Jepang, dan sekte-sekte di Tibet. Sementara itu, dua orang  paling terkenal yang berhasil mengkodifikasikan prinsip-prinsip psikologis dalam aliran-aliran yoga Hindu adalah Patanjali (Prabhavanda dan Isherwood, 1969) serta Shankara (Prabhavanda dan Isherwood, 1970). Dalam dunia Islam, para Sufi telah bertindak sebagai para psikolog terapan (Shah, 1961). Diantara orang-orang Yahudi, para Kabbalis merupakan kelompok yang paling memperhatikan transformasi psikologis (Halevi, 1976; Scholem, 1961). Suatu survei yang sangat baik tentang agama-agama, sejarah, dan kepercayaan-kepercayaan terdapat dalam The Religions of Man karya Huston Smith (1958).
            Salah satu diantara psikologi-psikologi ini yang paling sistematik dan yang tersusun secara paling rinci adalah Buddhisme Klasik. Diberi nama menurut hari Buddha yang dalam bahasa Pali disebut Abhidhamma (atau Abhidharma dalam bahasa Sansekerta), berarti “ajaran pokok”. Psikologi ini menguraikan wawasan asli dari Buddha Gautama tentang kodrat manusia. (Kamus terbaik yang ada tentang istilah-istilah Abhidhamma adalah karya Nyanatiloka; 1972). Karena psikologi itu berasal dari ajaran-ajaran pokok Buddha, maka Abhdhamma atau suatu psikologi yang sangat serupa dengan itu, merupakan inti dari berbagai cabang Buddhisme.

B. Pengaruh Psikologi Timur Pada Pemikiran Barat          
Walaupun psikologi-psikologi Timur banyak menaruh perhatian pada alam kesadaran dan hukum-hukum yang mengatur perubahannya, psikologi ini juga mengandung teori-teori kepribadian yang cukup jelas. Tujuan dari psikologi-psikologi Timur adalah mengubah kesadaran seseorang agar mampu melampaui batas-batas yang diciptakan oleh kebiasaan-kebiasaan yang membentuk kepribadian orang itu. Dalam hal ini, setiap tipe kepribadian perlu mengatasi hambatan-hambatan yang berbeda untuk membebaskan diri dari batas-batas ini.  
            Disamping itu, pendekatan psikologi-psikologi Asia didasarkan pada introspeksi dan pemeriksaan diri sendiri yang menuntut banyak energi, berbeda dengan psikologi-psikologi Barat yang lebih bersandar pada observasi tingkah laku. Setiap kutipan oleh Gardner dan Louis Murphy (1968) dari kitab-kitab suci Asia, memberikan semacam wawasan psikologis, baik suatu pandangan tentang bagaimana jiwa bekerja, suatu teori kepribadian, ataupun suatu model motivasi. Kendati mengakui adanya perbedaan-perbedaan diantara psikologi-psikologi Asia tersebut, namun Gardner dan Louis Murphy (1968) menyimpulkan bahwa psikologi-psikologi itu pada hakikatnya merupakan suatu reaksi terhadap kehidupan yang dilihat sebagai penuh dengan penderitaan dan kekecewaan. Cara umum untuk mengatasi penderitaan yang dianjurkan oleh psikologi-psikologi ini adalah disiplin dan kontrol diri, yang dapat memberikan kepada orang yang mengupayakannya “suatu perasaan ekstase yang tak terbatas dan hanya dapat ditemukan dalam diri yang bebas dari pamrih-pamrih pribadi”. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa, minat psikologis  di Timur dan Barat “berpadu dengan sangat cepat”.
            Selain itu, Alan Watts dalam ”Psychotherapy East and West” (1961) mengakui bahwa apa yang disebutnya “cara-cara pembebasan Timur” adalah mirip dengan psikoterapi Barat, yakni bahwa keduanya bertujuan mengubah perasaan-perasaan orang terhadap dirinya sendiri serta hubungannya dengan orang-orang lain dan dunia alam. Sebagian besar terpai-terapi Barat menangani orang-orang yang mengalami gangguan; sedangkan disiplin-disiplin Timur menangani orang-orang yang normal dan memilih penyesuaian sosial yang baik. Meskipun demikian, Watts melihat bahwa tujuan dari cara-cara pembebasan itu cocok dengan tujuan terapeutik sejumlah teoritikus, khususnya individuasi dari Jung, aktualisasi diri dari Maslow, otonomi fungsional dari Allport, dan diri yang kreatif dari Adler.
            Setelah itu, Richard Alpert atau yang lebih dikenal dengan Ram Dass pun berpendapat bahwa meditasi dan latihan-latihan rohani lainnya dapat menghasilkan jenis perubahan kepribadian terapeutik yang tidak dapat dihasilkan oleh obat-obat bius. Ia juga menekankan pada pentingnya pertumbuhan rohani, dan kekosongan hidup jika dijalani tanpa kesadaran rohani.
 II. Pembahasan
            Abhidhamma telah berkembang di India selama 15 abad yang lalu, yang merupakan wawasan-wawasan dari Buddha Gautama. Budhisme sendiri berkembang menjadi beberapa aliran, diantaranya ialah Mahayana dan Hinayana. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Bhiku Nyanaponika, seorang sarjana Buddhisme modern, ”Dalam ajaran Buddhisme, pikiran merupakan titik tolak, titik pusat dan juga merupakan pemikiran yang dibebaskan dan dimurnikan oleh seorang Santo, suatu titik kulminasi” (1962, hlm. 12).
 A. Unsur-Unsur Kepribadian
            Dalam Abhidhamma, kata ”kepribadian” sangat serupa dengan konsep atta, atau diri (self) menurut konsep Barat. Bedanya, menurut asumsi dasar Abhidhamma tidak ada diri yang bersifat kekal atau abadi, benar-benar kekal, yang ada hanyalah sekumpulan proses impersonal yang timbul dan menghilang. Yang tampak sebagai kepribadian terbentuk dari perpaduan antara proses-proses impersonal ini. Dalam hal ini, apa yang kelihatan sebagai ”diri” tidak lain adalah bagian jumlah keseluruhan  dari bagian-bagian tubuh, yakni pikiran, penginderaan, hawa nafsu, dan sebagainya. Satu-satunya benang yang bersinambungan atau bersambung-menyambung dalam jiwa adalah bhava, yakni kesinambungan kesadaran dari waktu ke waktu.
            Setiap momen yang berturut-turut dalam kesadaran manusia, dibentuk oleh momen sebelumnya, dan pada gilirannya akan menentukan momen-momen yang berikutnya, sehingga semua proses kejiwaan manusia itu berkesinambungan. Menurut Abhidhamma, kepribadian manusia sama seperti sungai yang memiliki bentuk yang tetap, seolah-olah satu identitas, walaupun tidak setetes air pun tidak berubah seperti pada momen sebelumnya. Dala pandangan ini, ”tidak ada aktor yang mampu terlepas dari aksi, tidak ada orang yang mengamati mampu terlepas dari persepsi dan tidak ada subjek sadar di balik kesadaran” (Van Aung, 1972, hlm. 7). Dalam kata-kata Buddha (Samyutta-Nikaya, 1972, 135):
Sama seperti bila bagian-bagian dirangkaikan
Maka timbullah kata kereta perang”,
Demikian juga pengertian tentang ada
Bila agregat-agregatnya hadir
             Yang menjadi fokus studi psikologi Abbidhamma adalah serangkaian peristiwa, yakni hubungan yang terus menerus antara keadaan-keadaan jiwa dan objek-objek indera, misalnya perasaan birahi (keadaan jiwa) pada seorang wanita cantik (objek indera). Keadaan-keadaan jiwa itu selalu berubah dari momen ke momen, dan perubahan itu ternyata sangat cepat. Selain itu, yang menjadi objek psikologi Abhidhamma adalah:
1.      Penginderaan dari panca indera
2.      Pikiran-pikiran yang dianggap sebagai indera keenam
3.      Setiap keadaan jiwa terdiri atas sekumpulan sifat-sifat jiwa, yang disebut faktor-faktor jiwa. Sifat-sifat jiwa ini misalnya cinta, benci, adil, bengis, sosial, dan sebagainya.
Dalam hal ini, faktor-faktor jiwa itu berperan sebagai:
        Kunci menuju karma (menurut istilah Barat), kamma (menurut istilah Pali). Sedangkan dalam Abhidhamma, kamma merupakana suatu istilah teknis untuk prinsip bahwa setiap perbuatan dimotivasikan oleh keadaan-keadaan jiwa yang melatarbelakanginya.
        Menurut psikologi Timur, suatu tingkah laku pada hakikatnya secara moral adalah netral.
        Sifat moral tingklah laku ditinjau dari motif-motif yang melatarbelakangi seseorang untuk melakukan perbuatan itu.
        Perbuatan seseorang memiliki campuran faktor-faktor jiwa negatif.
        Dhammapada adalah kumpulan sajak yang dahulu diucapkan oleh Budha Gautama, mulai dengan pernyataan ajaran Abhidhamma tentang karma atau kamma:
            Segala sesuatu yang terdapat pada kita merupakan akibat dari apa yang telah kita pikirkan: berdasarkan pikiran kita, dibentuk oleh pikiran kita. Apabila seseorang berbicara atau bertindak dengan pikiran jahat, maka perasaan sakit akan mengikutinya, sama seperti roda yang mengikuti kaki lembu yang menghela gerobak......Apabila seseorang berbicara atau bertindak dengan pikiran yang murni, maka kebahagiaan akan mengikutinya, sama seperti bayang-bayang yang tidak pernah meninggalkannya (Babbitt, 1965, hlm. 3).

B. Macam-Macam Faktor Jiwa
Mengenai faktor-faktor jiwa dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yakni:
1.      Kusula   : berarti murni, baik, sehat.
2.      Akusula : berarti tidak murni, tidak baik, tidak sehat
Kebanyakan faktor jiwa perseptual, kognitif, dan afektif cocok untuk dimasukkan ke dalam kategori sehat atau tidak sehat. Penilaian tentang ”sehat” atau ”tidak sehat” dicapai secara empiris, berdasarkan pengalaman kolektif sejumlah besar petapa Bbuddhis pertama. Kriterium mengenai faktor jiwa sehat-tidak sehat adalah bahwa apakah suatu faktor jiwa khusus tertentu mempermudah atau mengganggu usaha mereka untuk mengheningkan jiwa dalam samadi (pertapaan). Dalam hal ini, faktor jiwa yang menganggu samadi disebut faktor jiwa tidak sehat. Sedangkan yang mempermudah jalannya untuk mengheningkan jiwa disebut faktor jiwa sehat.
Selain faktor-faktor jiwa sehat dan tidak sehat, terdapat juga tujuh sifat netral yang ada dalam setiap keadaan jiwa, yakni:
         Phasa              :  appersepsi, adalah kesadaran semata-mata ke suatu objek
         Sanna              : persepsi, adalah pengenalan pertama bahwa kesadaran semata-mata pada suatu objek yang tersebut termasuk dalam salah satu indera. Misalnya: penglihatan, pendengaran, dan sebagainya
         Cetana            : kemauan, yakni reaksi terkondisi yang menyertai suatu objek
         Vedana            : perasaan, aneka penginderaan yang dibangkitkan oleh objek itu
         Ekaggata        : keterarahan kepada suatu titik, yakni pemusatan kesadaran
         Manasikara     : perhatian spontan, yakni pengarahan perhatian yang tidak disengaja karena daya tarik dari suatu objek
         Jivitindriya      : energi psikis, yang memberi vitalitas dan mempersatukan keenam faktor jiwa lainnya. (Hall, p. 241).
Faktor-faktor tersebut diatas merupakan sejenis kerangka dasar kesadaran tempat tertanamnya faktor-faktor jiwa sehat dan tidak sehat. Namun kombinasi khusus faktor-faktor tersebut berbeda-beda dari momen ke momen.
C. Dinamika Kepribadian
            Dinamika kepribadian adalah gerak kepribadian yang terjelma dalam tingkah laku, baik yang nampak maupun tidak nampak dan terjadi karena interaksi antara faktor-faktor jiwa sehat dan tidak sehat. Jika terjadi dominasi dari faktor-faktor sehat atau tidak sehat tertentu, akan menghasilkan tipe-tipe kepribadian atau tingkah laku tertentu pada individu yang bersangkutan.
            Beberapa contoh interaksi berbagai faktor jiwa dan bagaimana prilaku yang terjadi, atau menyebabkan sifat-sifat tingkah laku tertentu adalah sebagai berikut:
o       Kelompok faktor tidak sehat yang terdiri dari ketamakan, kekikiran, irihati, dan kemuakan dilawan oleh faktor-faktor ketidakterikatan (alobha), adosa (ketidakmuakan), tatramajjhata (tidak memihak), dan passadhi (sikap tenang), maka akan mencerminkan ketenangan fisik dan jiwa yang terjadi karena berkurangnya perasaan keterikatan.
o       Sikap-sikap alobha, adosa, tatramjjhata, dan passadhi menggantikan sikap rakus atau sebaliknya, sikap menolak, dengan sikap penuh perhatian terhadap apa saja yang mungkin timbul dalam kesadaran seseorang, yang menyebabkan timbulnya sikap menerima apa adanya.
o       Faktor-faktor sikap egois, irihati, kemuakan, menyebabkan orang haus atau mendambakan pekerjaan yang terpandang, tinggi dan mewah, atau irihati terhadap orang lain yang mempunyai pekerjaan.
o       Sebaliknya, sikap-sikap tenang, bebas, ketidakmuakan, netral, menyebabkan orang mempertimbangkan keuntungan-keuntungan berupa upah dan prestasi dengan keinginan-keinginan seperti tekanan dan ketegangan yang lebih besar serta menilai secara adil. Sedangkan sikap netral memandang seluruh situasi dengan tenang.
o       Jika faktor-faktor kegembiraan (ahuta), luwes/fleksibel (muduta), dan kecakapan (paqunata) muncul pada prilaku, maka seseorang akan berpikir dan bertindak dengan leluasa dan mudah, mewujudkan ketrampilan-ketrampilannya secara maksimal.
o       Faktor tersebut menekan faktor-faktor kontraksi dan kebekuan yang tidak sehat itu, yang menguasai jiwa dalam keadan-keadaan tertentu seperti depresi. Dalam kehidupan sehari-hari, faktor sehat tersebut menyebabkan orang dapat menyesuaikan diri secara fisik dan psikis terhadap keadaan-keadaan yang senantiasa berubah serta dapat menghadapi tantangan-tantangan manapun yang mungkin timbul.  

D. Psikodinamika Kepribadian
            Psikodinamika kepribadian dapat terjadi karena interaksi antar faktor-faktor jiwa dengan mekanisme sebagai berikut:
o       Faktor-faktor jiwa yang sehat dan tidak sehat saling menghambat
o       Tetapi tidak selalu terdapat hubungan satu lawan satu antara sepasang faktor-faktor sehat dan tidak sehat.
o       Kehadiran yang satu menekan faktor tandingannya.
o       Dalam beberapa hal satu faktor sehat akan menghambat sekumpulan faktor tidak sehat, misalnya, ketidakterikatan mampu secara sendirian menghambat ketamakan, kekikiran, irihati dan kemuakan.
o       Faktor-faktor kunci tertentu juga mampu menghambat sekumpulan faktor tandingan secara keseluruhan, misalnya jika terjadi delusi, maka tidak satupun faktor baik dapat timbul dan hadir secara bersamaan.
o       Karma seseoranglah sebagai penentu, apakah ia akan mengalami keadaan jiwa sehat atau keadaan jiwa tidak sehat.
o       Suatu kombinasi faktor merupakan hasil dari pengaruh-pengaruh biologis dan pengaruh-pengaruh situasi disamping juga merupakan pindahan pengaruh dari keadaan jiwa sebelumnya. Faktor-faktor tersebut biasanya timbul sebagai suatu kelompok, baik positif maupun negatif.
o       Dalam setiap keadaan jiwa tertentu, faktor yang membentuk keadaan jiwa tersebut muncul dengan kekuatan-kekuatan yang berbeda.
o       Faktor apa saja yang paling kuat, akan menentukan bagaimana seseorang mengalami dan bertindak dalam suatu momen tertentu
o       Meskipun mungkin semua faktor buruk hadir, namun keadaan yang dialami akan sangat berbeda, tergantung pada apakah misalnya ketamakan atau kebekuan yang mendominasi jiwa.
o       Hierarki kebutuhan dari faktor-faktor tersebut menentukan apakah keadaan spesifik itu akan menjadi positif atau negatif.
o       Jika faktor tertentu atau sekumpulan faktor seringkali muncul dalam keadaan jiwa seseorang, maka faktor tersebut akan menjadi sifat kepribadian.
o       Jumlah keseluruhan faktor-faktor jiwa yang sudah menjadi kebiasaan pada seseorang, menentukan sifat-sifat kepribadiannya.
o       Daftar sifat-sifat kepribadian menurut faktor-faktor jiwa sehat dan tidak sehat, sebagai berikut:
Faktor jiwa yang sehat
Faktor jiwa yang tidak sehat
a. Perseptual (kognitif)
1. Pemahaman (insight)
2. Sikap penuh perhatian
3. Sikap rendah hati
4. Sikap penuh hati-hati
5. Kepercayaan
b. Afektif
1. Ketenangan
2. Ketidakterikatan
3. Ketidakmuakan
4. Kenetralan
5. Kegembiraan
6. Fleksibilitas
7. Kemampuan adaptasi
8. Kecakapan
9. Kejujuran

Delusi
Pandangan yang salah
Sikap tidak tahu malu
Kecerobohan
Egoisme

Keresahan
Ketamakan
Kemuakan
Irihati
Kekikiran
Kekhawatiran
Pengerutan (kontraksi)
Kebekuan
Kebingungan

E.  Tipe-Tipe Kepribadian
            Mengenai bagaimana timbulnya beberapa tipe kepribadian menurut ajaran abhidhamma, adalah sebagai berikut:
o       Bahwa tipe-tipe kepribadian menurut Abhidhamma, secara langsung diturunkan dari prinsip bahwa faktor-faktor jiwa muncul dalam kekuatan yang berbeda-beda. Jika jiwa seseorang tetap dikuasai oleh suatu faktor, maka hal ini akan mempengaruhi kepribadian, motif-motif dan tingkah lakunya.
o       Keunikan pola faktor-faktor jiwa setiap orang menimbulkan perbedaan individual dalam kepribadian melampaui kategori-katergori kasartipe-tipe pokok kepribadian.
o       Motif pada manusia berasal dari analisis mengenai faktor-faktor jiwa dan pengaruh faktor-faktor tersebut pada tingkah laku. Motif itu menentukan keadaan jiwa seseorang untuk mencari sesuatu atau menjauhinya. Hal ini disebabkan karena keadaan-keadaan jiwa tersebut membimbing kepada perbuatannya. Misalnya, jiwa manusia dikuasai oleh ketamakan, hal ini akan menjadi menonjol, dan orang akan bertingkah laku sesuai motif tadi, yakni berusaha memperoleh objek ketamakannya. Jika egoisme merupakan suatu faktor jiwa yang kuat, maka orang tersebut akan berbuat dengan cara yang selalu untuk meningkatkan dirinya. Dengan kata lain, setiap tipe kepribadian menjadi tipe motifnya juga.
o       Buku Visuddhimagga (Buddhaghosa, 1976), merupakan pedoman untuk meditasi sesuai dengan ajaran Abhidhamma pada abad ke V SM. Dalam pedoman ini terdapat bahagian untuk mengenal tipe-tipe utama kepribadian, karena setiap orang harus diperlakukan sesuai dengan sifat-sifatnya. Salah satu metode yang disarankan guna menilai tipe kepribadian adalah dengan mengamati secara seksama cara bergerak dan berdiri. Misalnya:
a.       Orang yang kuat nafsunya atau senang kenikmatan, jalannya anggun
b.      Orang yang penuh kebencian, suka menyeret kakinya jika berjalan
c.       Pada orang yang dikuasai delusi, jika berjalan cepat langkahnya.
            Contoh lain yang diberikan oleh Vajiranana (1962), sebagai berikut:
            ”Orang yang kuat nafsunya, jejak kakinya terbelah di tengah. Orang yang tidak ramah, jejak kakinya membentuk garis ke belakang. Sementara jejak kaki orang yang dikuasai delusi, kelihatan terburu-buru ditapakkan. Sedangkan Buddha Gautama meninggalkan jejak kaki yang sempurna karena jiwanya tenang dan badannya pun seimbang”.
            Tipe-tipe manusia yang tercantum dalam buku Visudhimagga adalah sebagai berikut:
1.      Tipe orang suka kenikmatan:
         berpenampilan menarik; sopan dan menjawab dengan hormat jika disapa. Jika tidur selalu mengatur tempat tidurnya secara cermat, membaringkan tubuhnya dengan hati-hati; dan tak banyak bergerak waktu tidur.
         senang melakukan tugas-tugas dengan seni, rapi, sangat berhati-hati. Selain itu berpakaian rapi dan bagus. Jika makan menyukai makanan yang empuk dan disajikan dengan cara mewah, kemudian makan dengan perlahan, sedikit-sedikit dan sangat menikmati cita rasa.
         jika melihat objek yang menyenangkan, akan berhati-hati untuk mengaguminya, terpesona oleh tindakan, dan tidak memperhatikan kekurangannya. Selalu ada rasa sesal jika meninggalkan objek yang indah.
         sisi negatifnya: tipe ini suka berlagak, suka menipu, tamak, tidak mudah puas, penuh nafsu dan sembrono.
2.   Tipe orang pembenci:
        berdiri dengan kaku, tempat tidur dibereskan dengan serampangan dan tergesa-gesa, tidur dengan badan tegang, dan marah jika dibangunkan
        jika bekerja orang dengan tipe ini kasar dan sembrono; jika menyapu berbunyi keras dan gaduh. Jika berpakaian ketat dan tidak rapi. Senang pada makanan pedas dan asam, makan dengan tergesa-gesa tanpa memperhatikan cita rasa, meski tidak suka makanan yang hambar
        tidak tertarik pada objek-objek yang indah; memperhatikan kekurangan sekecil apapun; sementara itu mengabaikan kebaikan-kebaikannya; sering marah-marah, penuh kebencian, tidak mau menunjukkan rasa terima kasih, mudah iri hati dan kikir.
            3.   Tipe Orang delusi:
        pakaiannya compang-camping, benangnya berseliweran, kasar seperti rami, berat dan tidak enak dipakai.
        tempat tidur tidak rapi, suka tidur terlentang, bangun dengan lamban, dan menggerutu penuh keluh kesah.
        sebagai pekerja orang tipe ini tidak terampil dan jorok; jika menyapu dengan kaku dan serampangan, serta tidak bersih.
        tidak peduli dengan makanan, dan akan makan apa sajayang ada; orang dengan tipe ini adalah pemakan yang ceroboh, memasukkan suapan yang besar-besar ke mulut dan mengotori muka dengan makanan.
        mangkuknya dari tanah liat yang buruk atau mangkuk logam yang berat, bentuknya tidak serasi, memuakkan, tidak rata dan tidak ada di desa sekitarnya
        desa yang cocok adalah desa yang tidak teratur, orangnya lalu lalang seolah-olah tidak melihatnya
        orang yang menyalaminya adalah orang-orang yang kasar, kotor, tak sedap dipandang mata, makanan kotor, berbau dan menjijikan
        orang tipe ini tidak mempunyai ide baik atau jelek pada suatu objek, tetapi percaya saja apa yang dikatakan oleh orang lain, lalu turut memuja atau mencelanya
        sering berkelakuan malas, kaku, kacau, mudah menyerah dan bingungan, serta dapat juga keras kepal dan bandel.
            Dalam buku Visuddhimagga, selanjutnya menetapkan kondisi-kondisi optimal yang harus disiapkan untuk orang-orang dengan masing-masing tipe tersebut diatas adalah, apabila mereka mulai bermeditasi. Tujuannya adalah untuk mengalahkan gejala-gejala psikologis yang dominan dan dengan demikian menjadikan jiwa mereka seimbang, sehingga dapat disebut manusia yang harmonis. Sebaliknya, kondisi-kondisi untuk tipe orang penuh kebencian, semuanya dibuat serba enak dan semudah mungkin. Sedangkan untuk tipe delusi, segala sesuatunya harus dibuat sederhana dan jelas, menyenangkan serta enak, seperti kondisi untuk tipe penuh kebencian.
            Dengan demikian, untuk setiap kasus diatas, lingkungan disesuaikan dengan tipe-tipe manusia dengan maksud menghambat faktor-faktor jiwa yang biasanya menguasai masing-masing tipe kepribadian: orang yang rakus susah menemukan objek ketamakannya, orang yang penuh kebencian sulit menemukan objek untuk direndahkan, sedangkan untuk orang yang dikuasai delusi, segala sesuatunya dibuat jelas. Program lingkungan yang dirancang untuk meningkatkan kesehatan jiwa ini merupakan pendahulu, disebut ”terapi lingkungan” (milieu therapy). Dalam hal ini, Buddha juga melihat bahwa tipe orang-orang yang berbeda akan menyukai tipe meditasi yang berbeda-beda, maka ia merancang berbagai metode meditasi yang disesuaikan dengan tipe-tipe kepribadian yang berlainan.

Kepribadian Sehat dan gangguan jiwa
 Definisi Operasional kepribadian, dapat dirumuskan sebagai beirkut:
a.       Pribadi sehat: Tidak ada faktor-faktor tidak sehat atau selalu ada faktor sehat
b.      Jiwa terganggu: Ada faktor jiwa tidak sehat, dimana gangguan jiwa timbul karena faktor tidak sehat menguasai kejiwaan seseorang
c.       Kriterium untuk kesehatan jiwa: Adanya faktor-faktor yang sehat dan ketiadaan faktor-faktor yang tidak sehat dalam sistem pengelolaan sumber daya psikologis seseorang
Berikut ini contoh faktor-faktor sehat, antara lain:
         Karuna: Kebaikan hati yang penuh kasih
         Mudita: merasakan nikmat dalam kebahagiaan orang lain
         Dalam kitab suci Buddha, pernah disebutkan bahwa: ”semua orang yang tertarik hal-hal duniawi adalah gila”.
         Annusaya: kecenderungan-kecenderungan laten dari jiwa tidak sehat
         Meditasi  : sarana menuju kepribadian sehat
Selanjutnya, tujuan perkembangan psikologis dalam Abhidhamma adalah meningkatkan jumlah keadaan-keadaan yang sehat dan dengan demikian mengurangi keadaan-keadaan yang tidak sehat dalam jiwa seseorang. Disamping itu, pada puncak kesehatan jiwa sama sekali tidak ada faktor-faktor yang yang tidak sehat muncul dalam jiwa seseorang. Meskipun setiap orang terdorong untuk mencari hal yang ideal ini, namun sudah pasti hal tersebut jarang tercapai.  

F. Tentang Mimpi
            Abhidhamma mengatakan bahwa mimpi adalah sifat istimewa lain dari arahat/santo (masyarakat Barat). Ada empat macam tipe mimpi pada manusia, yakni:
1.      Mimpi yang disebabkan oleh sejenis gangguan pada oragan atau otot, dan biasanya menyangkut suatu perasaan fisik yang menakutkan, misalnya jatuh, terbang, atau dikejar-kejar harimau. Bermacam-macam mimpi buruk termasuk tipe mimpi ini.
2.      Mimpi yang ada hubugannya dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan orang pada siang harinya, dan menggemakan pengalaman-pengalaman yang sudah berlalu tersebut. Mimpi semacam ini kerap terjadi.
3.      Mimpi tentang suatu peristiwa aktual sebagaimana peristiwa itu terjadi, mirip dengan prinsip sinkronitas pada pendapat C.G. Jung.
4.      Mimpi yang bersifat waskita (clairvoyant), suatu ram,alan yang tepat tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi. Seorang arahat/santo bermimpi, maka mimpinya itu selalu bersifat waskita (Van Aung, 1972).
Sang Buddha sendiri mahir dalam menginterpretasikan lambang-lambang dalam mimpinya, meskipun tidak ada sistem yang formal untuk analisis simbolik dalam Abhidhamma. Dalam hal ini, Buddha Gautama juga pernah mengalami mimpi sebelum menerima pencerahan atau sinar Buddha. Mimpi tersebut meramalkan pencerahan Buddha Gautama dalam mendapatkan Boddhi.
Tingkat kepribadian arahat pada Abhidhamma ini, tidak ada dalam teori kepribadian psikologi Barat. Tingkat arahat ini merupakan hal yang cukup umum pada psikologi timur, terutama dalam ajaran olah kejiwaan di Indonesia. Oleh karena itu, arahat dapat dikatakan semacam Santo di masyarakt Barat, yakni predikat bagi rohaniawan kristiani. Pada arahat yang sangat istimewa, merupakan protitipe kepribadian  orang yang tidak ada pada kepribadian prototipe di Barat.
Perubahan kepribadian yang radikal pada taraf arahat semacam itu melampaui tujuan-tujuan dan harapan-harapan psikoterapi Barat. Dalam hal ini, konsep arahat merupakan sesuatu yang ideal bagi kebanyakan orang, namun terasa terlampau baik untuk diwujudkan. Selain itu, arahat sebagai model pribadi sehat adalah memiliki banyak sifat yang mereka asumsikan intrinsik dalam kodrat manusia. Mungkin ide pribadi arahat semakna dengan konsep Maslow atau Rogers sebagai pribadi yang dapat teraktualisasi penuh.

III. Kesimpulan
            Psikologi Abhidhamma pada hakikatnya bersifat fenomenologis, yakni suatu teori deskriptif tentang keadaan-keadaan internal. Hanya orang-orang yang telah menghayati latihan yang dipersyaratkan dan pengalaman sesudahnya akan benar-benar dapat menguji teori tersebut. Abhidhamma, ketika membahas keadaan-keadaan di luar kesadaran dalam meditasi, juga merupakan ”ilmu tentang keadaan-khusus” menurut definisi yang dikemukakan Tart (1972): pokok pengetahuan yang diperoleh lewat analisis, eksperimen, dan komunikasi dengan suatu keadaan khusus dalam hal ini, keadaan bermeditasi. Bahaya utama dari teori-teori fenomenologis dan ilmu-ilmu pengetahuan tentang keadaan khusus adalah penipuan diri sendiri. Seseorang mungkin merasa yakin bahwa pengalamannya begini atau begitu, sedangkan sesungguhnya lain; sepanjang tidak ada bukti lain untuk mengoreksi orang tersebut, maka kesalahannya akan terus dipertahankan.
            Karena alasan ini, suatu teori seperti Abhidhamma ini membutuhkan pengujian-pengujian terhadap hipotesis-hipotesisnya sejauh prediksi-prediksinya memang dapat diverifikasikan dari segi pandangan pengamat dari luar (Barat). Hal ini relatif sulit dilakukan terhadap perubahan-perubahan dari faktor-faktor jiwa seseorang yang bersifat terus menerus dari saat ke saat dan tidak kentara. Akan tetapi ada kemungkinan menguji gambaran-gambaran Abhidhamma tentang perubahan-perubahan yang terjadi akibat keterpusatan perhatian pada satu titik di satu pihak, atau akibat sikap penuh perhatian yang bersifat sistematik di pihak lain. Dalam hal ini, gambaran-gambaran Abhidhamma tentang jhana adalah keadaan-keadaan di luar kesadaran yang hanya terjadi selama praktik meditasi itu sendiri. Sementara sifat-sifat arahat mencerminkan pengaruh-pengaruh sifat, yakni perubahan-perubahan kepribadian yang mengiringi peralihan ke keadaan di luar kesadaran yang berlangsung lama, yang terus bertahan terlepas dari meditasi itu sendiri.


KESIMPULAN :
Kepribadian Timur terbentuk dari :
  1. Letak geografis suatu negara, yang membentuk kultur maupun budaya yang sangat berpengaruh pada kepribadian individu, Dimana sebagian besar dikatakan bahwa orang yang dikatakan memiliki kepribadian timur adalah mereka yang sebagian berasal dari benua Asia.
  2. Agama, sebagai dasar dari pegangan hidup seseorang juga mampu membentuk suatu kepribadian tersendiri, dimana untuk daerah atau negara timur sebagian besar menganut agama Islam, Hindu maupun Budha sehingga kepribadian banyak terbentuk sesuai dengan ajaran-ajaran yang dikemukakan oleh kitab dari agama masing. Dalam sejarahnya pun agama muncul dari masyarakat timur.
  3. Kapitalisme, dari negara barat juga mampu mempengaruhi budaya suatu bangsa di daerah timur, namun kekuatannya tidak mampu secara menyeluruh mempengaruhi budaya yang sudah ada di negara timur itu sendiri. Paling tidak bahawa kapitalisme mampu mempengaruhi suatu budaya yang pada akhirnya sedikit mempengaruhi pada kepribadian seseorang.
  4. Kebudayaan dan Gaya Hidup, merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi terbentuknya kepribadian individu, aturan yang muncul dari budaya yang ada membuat seseorang mempunyai gaya hidup yang cenderung memberi suatu ciri khas pada seseorang. Ciri khas tersebut yang akhirnya berkembang pada suatu kelompok sosial yang pada akhirnya membentuk suatu kepribadian pada suatu kelompok. Dan bial kepribadian itu timbul pada suatu budaya timur maka yang dihasilkan adalah kepribadian yang sifatnya ketimuran atau kita sebut kepribadian timur.

DAFTAR PUSTAKA
  1. Kepribadian Timur, Ki Fudyartanto, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2003.
  2. http://beniazhari.blogspot.com/2010/12/kepribadian-bangsa-timur_18.html. Kepribadian Bangsa Timur
  3. http://indaaihuayu.ngeblogs.info/2010/10/31/kepribadian-bangsa-timur/ . Kepribadian Bangsa timur
  4. http://mayangarmyta.wordpress.com/2010/10/31/kepribadian-bangsa-timur. Kepribadian Bangsa Timur.
  5. http://www.pulsemed.org/perstype-what’s your type ? East and West Personality Types
  6. http://artikel-update.blogspot.com/2009/07/pengaruh-psikologi -timur-pada-pemikiran.html. Pengaruh Psikologi Timur pada Pemikiran.
  7. Sintesis Psikologi Timur dan Barat Pendekatan Filsafat Manusia, Oleh Budhy Munawar-Rachman. Ahmadsamantho.files.wordpress.com/2008/---/psikologitimur-barat-1.ppt.
  8. Oerientasi dalam Teori Kepribadian, http://psikologikepribadian-telaah.blogspot.com/
  9. Teori Kepribadian antara Timur dan Barat. Komparasi antara Teori Al Ghozali dan Erich Fromm, written by kang marfu’, tuersday,01 June 2010, 10:23-artikel pendidikan.
  10. Pengertian Kebudayaan, Kepribadian Bangsa Timur. Posted on fberuary 22, 2011 by adexyz.